Mohon tunggu...
Nafisatul Husniah
Nafisatul Husniah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kutipan Favorit: Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi. Tentukan yang tinggi. Agar semua terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sumpah Pemuda Masih Berlaku

31 Oktober 2014   04:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Siapakah yang sebenarnya disebut sebagai pemuda? Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan, pasal 1 menyatakan bahwa, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan dan batas usianya adalah 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Meskipun pernah digugat KNPI tentang frasa 16 tahun, dan diusulkan Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Roy Suryo untuk diubah 15 sampai 25 tahun, kita sebagai mahasiswa tetap masuk didalamnya. Itu berarti, peran sebagai pemuda yang merupakan generasi bangsa harus dijalankan.

Keberadaan kaum muda dalam suatu bangsa tidak bisa diremehkan. Secara fisik jelas terlihat, ia memiliki kekuatan yang besar jika dibandingkan dengan anak-anak maupun orang tua. Bahkan Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Kalimat tersebut telah menunjukkan dengan pasti perbedaan kekuatan atara kaum tua dengan kaum muda. Dunia benar-benar akan terguncang dengan keberadaan pemuda, namun kemanakah arah guncangan itu, sangat ditentukan oleh pengguncangnya.

Tanggal 27-28 Oktober 1928 telah terukir dengan jelas sejarah bangkitnya semangat perjuangan pemuda Indonesia, melalui Konggres Pemuda II di Jakarta. Mereka menghimpun kekuatan, bangkit melawan penindasan, pembodohan dan segala bentuk penderitaan penjajahan dengan satu senjata, yakni persatuan. Komitmen untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa telah diikrarkan. Bersamanya pula lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman pertama kali dinyanyikan. Meski tidak diperbolehkan oleh pemerintah kolonial Belanda, pemuda kita tak gentar untuk tetap menyuarakannya.

Diperingatinya 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda senantiasa akan mengingatkan kita akan besarnya semangat kaum muda Indonesia untuk ikut andil dalam perjuangan menuju Indonesia merdeka. Dengan mengaku bertumpah darah satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, sejatinya pemuda Indonesia mengaku bahwa ia memiliki tanggung jawab atas masa depan bangsanya. Tanpa kesadaran atas keberadaannya sebagai kaum yang bertanggungjawab tentu tak akan terjadi gerakan itu. Mereka adalah generasi dan sumber kekuatan bangsa, yang ditangannyalah nasib negeri ini dipertaruhkan, inilah kiranya yang perlu terus ditanamkan dalam jiwa pemuda Indonesia.

Meskipun saat ini, pemuda Indonesia tidak lagi berada pada masa penjajahan dan tak ikut langsung dalam pengikraran sumpah pemuda pada tahun 1928, keberlakuannya masih tetap menjadi tanggung jawab kita. Sebab sumpah tersebut tidak diucapkan khusus atas nama seseorang, namun atas nama pemuda Indonesia yang sifatnya general. Sumpah itu akan terus berlaku sepanjang masih ada pemuda di bumi Indonesia. Beda masa tentu beda juga bentuk perjuangannya. Jika dahulu mereka memperjuangkan kemerdekaan, maka saatnya kita mengisi kemerdekaan. Menjadikan Indonesia jaya, maju dan sejahtera merupakan tanggung jawab yang kita emban saat ini.

Pertanyaan yang kemudian dihadirkan adalah, siapkah kita menjalankan tanggung jawab yang demikian besar? Siap tidak siap tentu harus siap. Kita sudah terbiasa berkali-kali terjatuh saat pertama kali belajar untuk berjalan, namun akhirnya sekarang kita bisa berlari, bukan? Demikian juga untuk kemajuan sebuah negara. Mungkin sekarang kita anggap ketimpangan masih terjadi dimana-mana, tetapi semua itu bisa berubah menjadi kesejahteraan selama ada yang mengusahakannya. Ini membuktikan bahwa semua hal akan terus terasa berat dan sulit jika hanya dipikirkan saja.Ada saatnya bertindak untuk memulai rencana yang ada dalam pikiran.

Bukankah terlalu dini bagi kita untuk berjuang, sedangkan diatas sana telah ada pemerintahan dengan orang-orang yang bertanngung jawab untuk itu? Perlu disadari kembali bahwa negeri ini dihuni oleh berjuta-juta orang. Jika hanya pemerintah yang terdiri dari segelintir orang sajayang memperjuangkannya kemajuan negeri, lantas kapan semua itu akan tercapai. Tidak adakah tindakan lain yang lebih bijaksana untuk dilakukan selain menunggu dan melihat sembari memaki-maki bila ada kebijakan yang dianggap tidak benar?

Meminjam istilah dari rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, kita sebagai generasi bangsa harus ikut andil, dengan turun tangan. Banyak bentuk perjuangan yang bisa dilakukan. Tidak hanya berteriak-teriak di depan gedung parlemen dengan mengatasnamakan hak rakyat saja. Menjadi generasi yang produktif, inovatif dan kreatif juga perlu diusahakan. Setidaknya dengan itu, kita tidak lagi menjadi bagian dari masalah bangsa, namun mampu menjadi solusinya. Hal tersebut tentu membutuhkan proses yang tidak sebentar. Saat inilah waktunya bagi kita untuk mengembangkan diri.

Satu hal lagi yang saat ini saangat urgen, yaitu akhlak mulia. Meski sudah sangat tidak asing kita mendengarnya, dalam praktiknya justru sering ditinggalkan. Terbukti dengan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik di kalangan pejabat maupun rakyat biasa. Pada kenyataannya ketika berbicara akhlak yang terpenting adalah penerapannya bukan hanya teorinya. Ia tidak bisa terbentuk begitu saja tanpa adanya pembiasaan. Oleh sebab itu perlu kiranya bagi kita untuk senantiasa mengingatkan diri melakukan kebaikan sesedikit apapun itu.

Sejatinya hanya kepada pemudalah rakyat bisa berharap atas perubahan negerinya. Semoga kita, generasi muda, bisa mewujudkan cita-cita bagsa, sebagai wujud tanggung jawab atas sumpah pemuda yang telah diikrarkan 86 tahun lalu. The dreams will come true!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun