Negara Indonesia adalah negara yang dikenal mempunyai berbagai macam kebudayaan atau kearifan lokal, beberapa contoh kearifan lokal yaitu bahasa daerah, musik daerah hingga tarian daerah. Banyak contoh tarian yang berkembang di setiap daerah yang digunakan sebagai sarana hiburan, pendidikan, pertunjukan, bahkan upacara adat. Salah satu tarian yang populer di kalangan masyarakat Jawa Tengah yaitu Tari Topeng Ireng yang berasal dari desa Tuksongo kecamatan Borobudur, dan berkembang di kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
 Tari Topeng Ireng adalah tarian yang lahir sekitar tahun 1950-an, namun ada juga yang mengatakan tarian ini lahir sekitar tahun 1930-an. Tari Topeng Ireng lahir di desa Tuksongo, yaitu desa yang terletak sekitar 1 km ke selatan dari candi Borobudur.
Nama Tuksongo diambil dari nama samaran kyai Ahmad Abdussalam yang berasal dari keraton Surakarta. Beliau merupakan salah satu murid dari Pangeran Diponegoro yang saat itu ikut terjun dalam memperjuangkan kemerdekaan.
 Tari Topeng Ireng dilakukan oleh sekelompok penari yang biasanya berjumlah antara 10-20 orang. Ciri khas yang ditonjolkan dari Tari Topeng Ireng adalah penggunaan kostum dan pernak-pernik yang meriah, seperti mengenakan pakaian yang berwarna warni, bersepatu bot hitam dengan berbagai hiasan yang menempel pada sepatu tersebut, mengenakan riasan wajah yang unik dan mencolok, memasangkan loceng pada kostum, hingga menggunakan mahkota bulu atau yang biasa disebut kuluk yang terbuat dari bulu ayam dan angsa yang berwarna warni.
 Cara melakukan Tari Topeng Ireng yaitu para penari berbaris lurus lalu diiringi suara musik khas dari Tari Topeng Ireng, yaitu musik berirama keras yang dapat menumbuhkan semangat para penari. Dilanjutkan dengan gerakan berputar ke kanan lalu ke kiri masing-masing sebanyak 8 kali, kemudian berputar ke kiri dan diam selama 2 hitungan, dilanjutkan dengan gerakan maju mundur kaki kanan 1-4 hitungan, setelah itu melakukan gerakan engklek mundur kaki kanan 5-8 hitungan, lalu memutar tangan dan mundur 1-8 hitungan.
 Beberapa makna yang terkandung dalam tarian Topeng Ireng yaitu penggambaran perlawanan dari para prajurit pada kala itu kepada para penjajah dari Belanda, penggambaran kehidupan masyarakat pedesaan di lereng gunung Merapi-Merbabu, penggambaran kekuatan fisik masyarakat desa dalam melindungi diri dari para penjajah dari Belanda, serta mengandung ajaran-ajaran agama islam yang dilakukan oleh wali yang pada kala itu melakukan penyebaran agama islam di daerah Jawa Tengah.
 Tari Topeng Ireng sebenarnya adalah bentuk kamuflase dari gerakan silat yang dikembangkan oleh masyarakat pada zaman penjajahan belanda. Karena pemerintah belanda kala itu melarang masyarakat mempelajari silat, sehingga masyarakat menerapkan gerakan silat pada tarian tersebut. Selain itu, dulunya Tari Topeng Ireng difungsikan sebagai media penyebaran islam oleh salah satu wali di jawa, lalu seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini difungsikan sebagai media hiburan bagi masyarakat dan sarana dalam menyalurkan ekspresi para penarinya.
 Fungsi lain dari tarian ini adalah sebagai media interaksi sosial. Kegiatan tari dapat meningkatkan hubungan sosial antar penari dan para penonton. selain itu, para penari dapat menyampaikan pesan-pesan atau makna tersirat yang diharapkan dapat dimengerti dan dihayati oleh para penonton. Karena gerakan tari adalah alternatif lain dalam menyampaikan informasi atau pesan yang tidak semua orang dapat mengerti dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu, misalnya orang-orang dari daerah atau kelompok tersebut.
 Mungkin bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya masyarakat Magelang sudah tidak asing lagi dengan Tari Topeng Ireng. Karena tarian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti upacara bersih desa, kirab budaya, festival rakyat, acara seni tradisi dan budaya lainnya. Selain itu, Tari Topeng Ireng juga kerap kali dipertunjukkan pada acara kirab umat muslim, seperti kirab kubah sebelum dipasang diatas masjid. Tari Toprng Ireng bisa kalian temukan di desa-desa di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H