Mohon tunggu...
Naely Fiddiana
Naely Fiddiana Mohon Tunggu... -

Mengejar mimpi dalam Filsafat Manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

My Class :5 : 30 0ktober 2013

18 Desember 2013   07:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

My CLASS :5 : 30 0ktober 2013

Kehendak Buta : Filsafat Arthur Schopenhauer

Pemikiran Schopenhauern ini memiliki karakteristik pemikiran yang konkret, dalaam pemikirannya kita diajarkan untuk berfilsat dengan objek luar, kita bisa berfilsafat dengan jiwa kita sendiri terlebih dahulu,semakin kita memahami objek luar, semakin kita sadar kita tidak mungkin bisa memahaminya selain nama-nama yang dan citra citra. Dunia ini menurutnya adalah kehendak. Kehendak apa saja ?

a.Dunia Sebagai kehendak

1.Kehendak untuk Hidup

Kesadaran dan pengetahuan memang seakan saling menggantungkan , namun pada dasarnya keduanya hanya merupakan permukaan jiwa kita. Sebelum adanya pengetahuan terdapat kehendak yang sering kali tidak disadari yaitu suatu kekuatan hidup. Pengetahuan terkadang mengendalikan kehendak, akan tetapi hanya bagaikan pembantu yang mengantar tuannya. Contohnya Kita tidak menginginkan suatu benda karena kita mempunyai alasan rasional untuk benda itu, sebaliknya kita juga mempunyai alasan rasional karena kita menginginkan benda itu. Jadi, pengetahuan adalah keinginan Manusia kelihatannya saja ditarik dari depan, sebenarnya, mereka didorong dari belakang. Mereka mengira dibimbing dari oleh apa yang mereka lihat; kenyataanya, mereka didorong oleh apa yang mereka rasakan-yakni naluri – naluri yang beradanya tidak mereka sadrai.
Intelek dirancang untuk mengetahui hal – hal yang bersangkut –paut dengan kehendak. Kehendak adalah satu-satunya unsur yang permanen di dalam jiwa. Kehendak merupakan pemersatu kesadaran, ide-ide dan pemikiran-pemikiran, serta mengikatnya dalam satu kesatuan yang harmonis. Kehendak adalah pusat organ pikiran. Gerakkan tubuh merupakan objektifitas dari tindakkan kehendak.

2.Kehendak untuk Reproduksi

Reproduksi adalah tujuan utama dan naluri yang paling kuat dari setiap organism, karena dengan cara itu kehendak menaklukan kematian. Hukum daya tarik seksual adalah bahwa pemilihan pasangan hidup sebagian besar ditentukan oleh kecocokkan di antara orang yang berpasangan untuk beranak pinak.
Dalam banyak kasus, jatuh cinta bukanlah masalah hubungan cinta timbal-balik antara dua manusia. Masalah pokoknya adalah keinginan untuk memiliki apa yang tidak mereka punyai. Sesungguhnya tidak ada perkawinan yang mendatangkan malapetaka, kecuali perkawinan karena cinta. Alasanya cukup jelas, bahwa tujuan utama perkawinan adalah perpanjagan spesies, dan bukannya kesenagan individu. Karena nafsu tergantung pada ilusi yang mempunyai nilai untuk spesies dan untuk individu, maka penipuan pasti hilang setelah tujuan spesies tercapai. Hanya dalam ruang dan waktu kita kelihatan seperti mahluk – mahluk yang berbeda, unik, dan terpisah satu sama lain. Namun ruang dan waktu adalah alam maya, ilusi yang menyembunyikan benda-benda. Kenyataannya, hanya ada satu spesies, satu kehidupan, satu khendak.
Setiap orang secara a priori (prasangka ) merasa dirinya sangat bebas dan mengira bisa melakukan apa saja, bahkan untuk mengubah prilaku dan cara hidupnya, atau untuk menjadi orang lain yang lebih baik. Akan tetapi, secara a postriori ( pengalaman ), ia menjadi terheran-heran, bahwa ternyata dirinya tidak bebas, melainkan tunduk pada keniscayaan; setelah berpikir keras, ia mulai sadar bahwa ternyata ia sama sekali tidak mengubah tindakkan atau cara hidupnya, ia harus menjalankan watak yang sebetulnya ia sendiri benci, dan terus memainkan peran itu sampai akhir hayatnya.

b.Kehendak sebagai Kejahatan

Jika dunia merupakan kehendak maka dunia adalah dunia penderitaan. Alasannya, kehendak mengisyaratkan keinginan, dan apa yang diinginkan selalu lebih besar dan lebih banyak dari pada yang diperoleh. Hidup adalah kejahatan karena setelah datang keinginan, hulang penderitaan dari manusia, maka kebosanan menggantikan tempat keinginan dan penderitaan. Bertambahnya pengetahuan bukan berarti bebas dari penderitaan , justru memperbesar penderitaan. Manusia jenius adalah manusia yang paling menderita. Oleh sebab itu, orang yang berusaha meningkatkan pengetahuannya, sama berusaha meningkatkan kesengsaraan. Hidup adalah penderitaan karena hidup adalah peperangan. Setiap spesies bertarung, bahkan dengan cara melawan dirinya sendiri, untuk memperebutkan materi, ruang, dan waktu. Agar hidup bahagia, maka hiduplah seperti anak-anak. Anak-anak mengira bahwa kehendak dan usaha merupakan kenikmatan; mereka belum menemukan keserakahan dari keinginan dan kurangnya pemenuhan kebutuhan; mereka belum merasakan sakitnya kekalahan. Akan tetapi, apa boleh buat, hidup memang penderitaan, karna kita tidak bisa menjadikan diri kita sebagai anak-anak kembali. Kesangsaran dan persilihsihan akan terus – menerus ada setelah matinya individu, dan harus terus ada, sejauh kehendak adalah factor dominan dalam manusia. Tidak ada kemenagan atas penyakit kehidupan, sampai kehendak ditundukan oleh pengetahuan dan intelengensi.

c.Kebijaksanaan Hidup Filsafat

1.Filsafat

Manusia adalah mahluk yang berkehendak yang sumbernya terdapat di sisitem reproduksi , dan baru kemudian sebagai subjek dari pengetahuan murni ( yang sumbernya adalah otak ).
Semakin kita mengenal nafsu kita, semakin kurang kita dikauasi oleh nafsu-nafsu dan tidak ada yang bakal melindungi kita dari paksaan dan kekuatan luar, selain control dari diri kita sendiri. Yang paling mengagumkan dari yang mengagumkan bukanlah penaklukan dunia, melainkan penkalukan atas diri sendiri. Filsafat, pada akhirnya, berfungsi sebagai alat memurnikan kehendak, akan tetapi filsafat harus dimengerti sebagi pengalaman dan pemikiran, bukan sebagi pembacaan atau studi pasif.

Kebahgian kita tergantung apa yang ada dalam pikiran kita, bukan apa yang kita miliki didalam kantong kita. Jalan keluar dari kejahatan kehendak adalah renungan atau kontempalsi yang cerdas tentang kehidupan. Begitu banyak manusia yang tidak pernah sanggup untuk tidak mengamati apapun kecuali sebagai objek-objek kajian- dan oleh sebab itu, mereka sengsara.

2.Jenius

Jenius adalah bentuk tertinggi dari pengetahuan yang tidak banyak unsure kehendaknya. Jenius adalah objektifitas yang paling lengkap. Jenius adalah daya atau kekuatan yang meninggalkan kepentingannya sendiri, menghapus keinginan dan tujuannya sendiri, menunda kepribadiannya untuk sementara waktu sehingga bisa menjadi subjek yang sungguh-sungguh bisa mengetahui, dan visinya tentang dunia jelas.
Manusia jenius mempunyai kompensasi, kepuasan yang diperoleh dari semua keindahan, hiburan yang didapatkan dari seni, dan antuisme dari seniaman, semua itu membuat ia lupa pada susahnya kehidupan. Itu semua adalah bayaran untuk jernihnya kesadaran dan untuk kesendirinya yang hening di antara berbagai ras manusia bermacam-macam. Akan tetapi, konsekuensinya, jenius terpaksa hidup dalam isolasi, dan kadang-kadang dalam kegilaan. Perasaannya yang amat sensitive, dipadukan dengan imajiansi dan intuisinya, ditambah dengan kesendirian dan ketidakmampuannya untuk beradptasi, membuat jiwanya terputus dari kenyataan.

3.Seni.

Objek ilmu adalah hal universal, yang berisi banyak hal yang partikuler. Objek seni adalah hal partikuler, yang berisi sesuatu yang universal. Sebuah karya seni dikatakan berhasil kalau ia menghadirkan ide platonic, atau universal. Oleh sebab itu, seni lebih agung dari ilmu karena ilmu dijalankan dengan akumulasi dan penalaran yang kerasa dan hati-hati, sedangkan seni mencapai tujuannya lewat intuisi dan presntasi. Ilmu berdampingan dengan bakat, seni berdampingkan dengan jenius.
Kekuatan seni untuk mengakat kita pada keabadian, terutama dimiliki oelh music. Seni-seni lain adalah tiruan dari ide, sedangakan music adalah tiruan dari kehendak itu sendiri. Music mempengaruhi perasaan kita secara langsung, tanpa medium ide-ide.

4.AgamaØ
Pada mulanya agama digambarakan sebagai metafisik dari manusia-manusia yang bergerombol. Tetapi, kemudian dilihat makna yang terkandung di dalam praktek-praktek dan dogma-dogma agama.

d.KEBIJAKSANAAN DARI KEMATIAN DAN TRAGEDI PEREMPUAN

Melalui nirwana individu meraih kedamaian tanpa kehendak, dan menemukan pembebasan. Akan tetapi, setelah individu merasa damai dan bebas, kemudian apa? Hidup membawa individu pada kematian, tetapi hiduppun akan menghidupi anak cucu itu, atau anak cucu individu-individu lain. Maka, dapatkah umat manusia diselamatkan? Adakah nirwana untuk semua umat manusia atau untuk sebuah ras, disamping untuk individu? Jelas, bahwa satu-satunya penaklukan akhir dan radikal atas kehendak adalah menghentikan sumber kehidupan, yakni kehendak untuk reproduksi.

Kepuasaan yang timbul akibat dorongan reproduktif harus dikutuk karena kepuasan seperti itu merupakan penegasan yang paling kuat atas nafsu untuk hidup. Beranak pinak, dengan demikian, bisa disebut dengan kejahatan! Dan, yang terutama melakukan kejahatan itu adalah perempuan. “karena, ketika pengetahuan telah samapi pada tiadanya kehendak, pesona yang bodoh dari perempuan yang menggoda lagi laki-laki untuk beranak pinak. Anak-anak muda tidak cukup cerdas utnuk melihat betapa singkatnya pesona perempuan tersebut, dan ketika akal sehat mulai berfungsi lagi, ia sudah lama terperosok.
Oleh sebab itu, semakin kurang kita berhubungan dengan perempuan, semakin baiklah hidup kita. Hidup terasa lebih aman, lebih menyenangkan lebih halus tanpa perempuan. Biarkan para lelaki memahami jerat yang dipasang pada kecantikan perempuan, maka komedi absurd reproduksi (pasti) akan berakhir. Perkembangan intelegensi akan memperlemah kehendak untuk bereproduksi, dan dengan demikian suatu ras akan punah. Dan, dengan begitu, penderitaan hidup akan berakhir.

e.EVALUASI KRITIS ATAS PEMIKIRAN SCHOPENHAUER

Tanggapan terhadap pemikiran Schopenhauer akan berkisar pada dua hal : diagnose medis terhadap zaman dan manusianya sendiri. Diagnose terhadap manusianya bisa dimulai dari pengakuan Schopenhauer, bahwa kebahagian manusia tergantung pada keberadaannya, dan bukanlah pada lingkungan luarnya.

Pesimisme adalah tuduhan yang dilancarkan oleh orang yang pesimis. Dari keadaan jasmani yang sakit dan jiwa yang neurotic, dan kehidupan waktu senggang yang kosong dan suasana hati yang muram, muncullah fisiologi filsafat Schopenhauer.

Nirwana adalah cita-cita dari seorang manusia yang tampah gairah, yang memulai hidupnya dengan menginginkan terlampau banyak hal, dengan mengejar satu skala dalam satu nafsu. Dan kemudian, setelah nafsunya hilang, menghabiskan sisa hidupnya dalam kebosanan yang tampah gairah dan lekas marah. Kalau intelek muncul sebagai pelayan kehendak, maka sangat mungkin bahwa hasil dari intelek tersebut (yakni, filsafat Schopenhauer) adalah tirai dan apologi dari kehendak yang sakit dan lamban. Dan tidak diragukan lagi bahwa pengalaman awalnya dengan perempuan dan laki-laki mengembangkan satwa sangka dan sensfitas yang abnormal, sebagaimana Stendhal, Flaubert, dan Nietzsche. Ia menjadi sinis dan soliter. Ia menulis : “seorang sahabat yang hadir hanya jika perlu sesuatu, sessungguhnya bukanlah seorang sahabat; ia hanyalah seorang tukang pinjam” dan, “janganlah bercerita kepada teman sesuatu yang akan kau sembunyikan dari musuh.”

Tentu saja ada unsure egotism dalam pesimisme : dunia tidak cukup baik buat kita, dan lalu kita menutup mata, hidung, dan telinga kita dengan berfilsafat. Akan tetapi hal itu bertentangan dengan kenyataan sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan oelh Spinoza, “segala puja dan puji dan caci maki moral kita, tidak relevan diterapkan pada cosmos (dunia) sebagai suatu keseluruhan.”Salah satu sebab dari pesimisme, baik pada Schopenhauer maupun pada zamannya, terletak pada sikap-sikap dan pengharapan-perngharapannya. Pemujaan dan pembebasan yang romantic untuk perasaan, naluri dan kehendak, serta caci maki romantic pada intelek, pembatasan, keteraturan, justru membalik menghukum mereka.

Orang sehat tidak menuntut kebahagiaan yang sama banyaknya dengan kesempatan untuk menggunakan kemampuan-kemampuannya; dan kalau ia harus membayar hukuman untuk kebebasan dan kekuatannya, ia akan membayar dengan senang hati; hukuman itu tidak terlampau mahal bagi dirinya.
Apakah kesenangan merupakan hal yang negative? Hanya jiwa yang terluka, yang menarik diri dari perhubungan dengan dunia, yang menghujat kehidupan. Apakah kesenangan kita merupakan perbuatan yang tidak selaras dengan naluri-naluri kita? –dan apakah dengan menarik diri kita mendapat kesenangan lain yang tidak negative? Kesenangan dari menarik diri atau melarikan diri, dari kepatuhan dan keamanan, dari kesendirian dan ketenangan, adalah sesuatu yang negative, karena naluri-naluri yang memaksa kita untuk berbuat demikian adalah negative. Padahal, kehidupan itu sendiri adalah sesuatu kekuatan yang positive, dan setiap fungsi dari bagian-bagian kehidupan yang menjanjikan kesenangan yang tak terkira. Adalah betul bahwa kematian sangatlah mengerikan. Namun, terror kematian akan hilang begitu kita hidup secara normal: ”orang harus hidup secara benar, agar mati secara benar.” Pesimisme pada prinsipnya berhubungan dengan usia.
Ada kesulitan lain, yang meskipun kurang vital tetapi cukup teknis dalam filsafat Schopenhauer yang luar biasa dan menarik itu.
Akan tetapi, haruslah diakui keberanian dan kejujuran yang disuarakan filsafat Schopenhauer, yang barangkali tidak akan kita temukan didalam kepura-puraan filsafat yang optimistic.
Yang sangat mengesankan adalah kemampuan Schopenhauer dalam membuka mata para Psycholog pada kekuatan naluri yang paling dalam, halus, dan “ada dimana-mana”. Intelektualisme –yakni konsepsi terhadap manusia sebagai hewan yang melulu berpikir, hewan yang mampu menggunakan rasio atau intelek dalam mengejar setiap tujuan hidupnya –jatuh sakit bersama Rousseau, terbujur kaku bersama Kant, kehilangan jiwa bersama Schopenhauer.

Akhirnya, meskipun mungkin agak berlebihan, Schopenhauer berhasil mengajarkan kepada kita tentang keniscayaan jenius dan nilai seni. Ia melihat bahwa kebaikan yang tertinggi adalah keindahan dan bahwa kenikmatan yang paling mendalam terletak pada penciptaan karya seni dan kesenangan pada yang indah. Bersama Goethe, dan Charlyle, ia menentang usaha Hegel, Marx dan Buckle untuk menghapus jenius sebagai factor pundamental dalam sejarah manusia; dalam suatu zaman ketika semua orang besar hendak dikubur, ia justru mengajarkan sekali pemujaan para pahlawan.Dan, dengan segala kegagalannya, ia berhasil menambahkan nama lain pada mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun