Ku buka mata setelah bangun dari tidur siangku yang nyenyak. Lalu aku duduk di atas tempat tidurku dan aku melihat jendela yang telah basah akibat serangan air hujan yang turun dari langit telah berusaha memasuki kamarku. Suara guntur dan cahaya kilat yang kian saling menyambar hingga terdengar oleh telingaku suara pecahan kaca yang sangat dahsyat, aku pun bangun dari tempat tidur yang telah membuat badan ku terasa nyaman itu. Kemudian beranjak menuju jendela dan meninggalkan tempat pembaringanku. Di depan jendela aku berdiri dan melihat jendela kacaku telah gugur dari posisinya yang nyaman hingga terletak tak karuan berhamburan di mana-mana di bawah jendela itu. Dan kini air hujan dengan gampangnya menerobos masuk ke dalam kamarku melalui jalur yang telah digugurkannya.
- Kolaborasi hujan, petir dan guntur memang sangat dahsyat hingga membuat jendela kacaku pecah dan terpisah dari barisannya. Untung saja gelas kacaku tidak pecah. Jenelaku mulai ku tutup dengan tirai biru yang cukup tebal. Jendelaku hany ada satu, namun terdiri dari tiga baris berdampingan.
- Aku pergi ke dapur dengan membawa gelas kaca yang masih selamat. Sesampainya di sana, gelas itu pun ku isi dengan kopi satu sendok bebek tak lupa kutambahkan air yang sangat panas dari termos air yang selalu dimasak dengan listrik. Setelah kopi itu ku aduk aduk lalu kucampur dengan gula putih dua sendok. Segelas kopi telah jadi, saatnya untuk dibawa ke dalam kamar untuk menikmati kopi itu sambil mendengarkan musik aku menyaksikan aksi hujan membasahi bumi. Dunia memang indah dan menawan, apa lagi ada kopi manis, ia menghibur ku saat jendelaku pecah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H