Pengalaman masa lalu merubah masa depan, ada yang ingin diulangi dan ada juga yang harus dikenang tetapi untuk tidak diulangi. Waktu masa kecil, cita-cita atau impian itu seluas segala kepastian. Tetapi ketika mulai masuk remaja, impian semakin berkurang, hingga sampai pada posisi dewasa, pilihan hidup semakin dipilah satu persatu, hingga yang tersisa satu sampai lima saja yang ingin diwujudkan.
Sejak kecil cita-cita saya selalu ingin menjadi TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat). Bagi saya menjadi anggota TNI itu memiliki daya Tarik tersendiri, baik itu dari sikap dan pendirian untuk menjaga kesatuan dan persatuan NKRI. Sehingga cita-cita itu memotivasi saya untuk berjuang dalam menyelesaikan sekolah saya.Â
Karena cita-cita itulah saya selalu berujuang untuk mampu mencapainya, hingga semasa masih sekolah, saya usahakan dan paksakan diri untuk bertekat menyelesaikan sekolah saya walaupun harus berjalan kali dari rumah menuju sekolah, demikian juga dengan pulangnya.Â
Kemudian saya juga memaksa diri untuk mengikuti berbagai ekstrakurikuler yang ada di sekolah saya, seperti Volly, Pramuka, Paskibra, Sepakbola, dan lain sebagainya.
Saya baru dibaptis sebagai Katolik ketika sudah mau memasuki kelas 8 SMP. Pada saat itu saya sadar bahwa saya sudah lama menjadi Katekumen, namun selalu tertunda pada saat hari di mana akan diadakan pembaptisan, karena saat itu situasi yang menerkam.Â
Di tempat saya ada namanya tempat tambang emas, dan ketika libur biasanya saya selalu ketempat itu untuk mencari penghasilan, untuk uang jajan dan keperluan lainnya.Â
Saya bersyukur pada saat dibaptis karena saya telah menjadi anggota Gereja Katolik yang Sah. Karena satu pesan dari seorang imam yang membaptis saya mengatakan bahwa, "sebenarnya bukan kamu yang ingin membaptis dirimu, tetapi Tuhanlah yang memanggilmu untuk dibaptis, agar kamu diselamatkan."Â
Kemudian sebagai satu tantangan yang harus saya hadapi adalah "ketika kamu sudah dibaptis, kamu tidak cukup hanya pada baptisan itu saja, tetapi kamu harus menjadi pembawa baptisanmu kepada orang lain dan yang lain." Saat itu memang tidak mudah bagi saya untuk mencermati kata-kata itu. Tetapi saya yakin bahwa Tuhanlah yang telah memilih saya agar saya menjadi medianya dalam pewartaan lewat kesaksian hidup.
Hidup mulai tak karuan
Kelas 9 ketika mendekati Ujian tantangan semakin banyak, antara sekolah dan kerja. Dengan penuh syukur akhirnya masa SMP pun bisa selesai, walaupun saat itu kekacauan dalam melanjutkan sekolah sudah hampir tidak ada lagi, pertama karena ekonomi dan kedua tidak ada niat untuk sekolah. Pikiran selalu berfokus pada kerja. Memasuki masa SMA. Membagi waktu antara kerja dan sekolah. Hampir setiap hari waktu istirahat hanya pada malam hari, kalau tidak jam 23.00- bisa saja 01.00- malam. Bahkan membagi waktu makan dan istirahat pada siang hampir tak terbagi. Setelah pulang sekolah, datang ke rumah hanya untuk istirahat sejenak, melepaskan lalah dari sekolah.
Februari 2016Â