Mohon tunggu...
Ririn Lestari
Ririn Lestari Mohon Tunggu... -

Hidup adalah pilihan. Tentukanlah pilihanmu,mantapkan tujuanmu dan pilihlah yang terbaik untuk hidupmu,,,:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Manakah Allah Bersemayam?

3 Januari 2011   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh tidak benar bila dikatakan kalau Baginda Harun Al Rasyid itu bukan seorang ahli pikir.Hal ini terbukti dari cara beliau berkata, mengajukan pertanyaan dan tahu kapan harus bicara atau diam.Bahkan baginda itu cermat dalam bertindak.


Meskipun Baginda Harun al Rasyid terkenal cerdik, namun beliau tidak segan-segan bertanya apabila memang tidak mengerti.
Suatu contoh saja misalnya ketika Baginda Harun menunaikan ibadah haji.Beliau bertanya dalam hati kenapa orang berputar-putar mengelilingi Ka'bah Baitullah.Padahal orang yang menunaikan ibadah haji adalah tamu Allah.
Kenapa kalau sebagai tamu Allah tidak dipersilahkan masuk ke dalam Baitullah satu persatu.Pertanyaan ini belum terpecahkan hingga Baginda kembali ke Baghdad Irak.


Untuk kesekian kalinya, Abu Nawas dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda Raja.Kemudian Baginda bertanya,"Wahai Abu Nawas, apakah arti Ka'bah Baitullah?""Ka'bah Rumah Allah, Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas.
"Sebagai apakah orang yang menunaikan ibadah haji itu?" tanya Baginda selanjutnya."Sebagai tamu Allah, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas.
"Kalau mereka sebagai tamu Allah mengapa tidak dipersilahkan masuk saja ke dalam Baitullah?" tanya Baginda lagi."Baitullah hanyalah sebagai lambang." kata Abu Nawas.


"Kalau begitu dimanakah Allah bersemayam?" tanya Baginda ingin tahu."Di dalam hati orang mukmin.Karena tidak ada suatu ruang yang bagaimanapun luasnya mampu menampung Dzat Allah kecuali hati orang mukmin.Qalbul Mukmin Baitullah (hati orang mukmin adalah rumah Allah)," jawab Abu Nawas menjelaskan.


"Mengapa Baitullah dijadikan kiblat?" tanya Baginda."Untuk memudahkan pemahaman orang awam, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.
"Baitullah itu terlihat mata.Dari itu shalat syariat kiblatnya adalah Baitullah, yang waktunya ditentukan dan dengan bacaan tertentu pula.Sedangkan shalat tharikat kiblatnya hati, waktunya bisa setiap saat dan bacaannya dzikir kepada Allah," Abu Nawas menjelaskan.
Baginda Raja Harun pun puas dengan jawaban Abu Nawas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun