Mohon tunggu...
NAEHAN SIAHAAN
NAEHAN SIAHAAN Mohon Tunggu... Lainnya - NAEHAN SIAHAAN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya naehan berusia 9 tahun hobby melukis , bernyanyi , ballet, yoga, menulis, bermain alat musik piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mary, My Mother

8 Desember 2022   10:52 Diperbarui: 8 Desember 2022   11:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mary is a woman who loves. How could it be otherwise? As a believer who in faith thinks with God's thoughts and wills with God's will, she cannot fail to be a woman who loves. We sense this in her quiet gestures, as recounted by the infancy narratives in the Gospel. We see it in the delicacy with which she recognizes the need of the spouses at Cana and makes it known to Jesus. We see it in the humility with which she recedes into the background during Jesus' public life, knowing that the Son must establish a new family and that the Mother's hour will come only with the Cross, which will be Jesus' true hour (cf. Jn 2:4; 13:1). When the disciples flee, Mary will remain beneath the Cross (cf. Jn 19:25-27); later, at the hour of Pentecost, it will be they who gather around her as they wait for the Holy Spirit (cf. Acts 1:14).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun