Mohon tunggu...
Nadzier Wiriadinata
Nadzier Wiriadinata Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Cuma ingin sharing dengan siapapun yang menghendaki adanya perubahan di negeri yang semakin memprihatinkan ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Human Working, Divine Working, dan Divine Inspiration

29 April 2015   15:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat memberikan materi pada acara Raker Kanwil Kemenag Provinsi Jabartahun lalu, Prof. Dr. H. Nazaruddin Umar, telah memberikan paparan yang benar-benar mampu menggugah kesadaran terdalam para peserta raker tentang pentingnya menjaga dan memelihara niat secara konsisten. Niat, menurutnya, jangan pernah direduksi hanya sebatas amalan lahiriah yang cuma terungkap melalui pernyataan lisan. Sejatinya, niat adalah amalan batin yang harus senantiasa membarengi setiap aktivitas yang dilakukan, yaitu dari pertama sebuah aktivitas dilakukan sampai aktivitas itu selesai dilakukan. Karena bagaimanapun, kualitas sebuah aktivitas sangat tergantung pada niat yang terkandung dalam hati si pelaku aktivitas itu.

Prof. Dr. H. Nazaruddin Umar menegaskan tentang pentingnya pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pegawai Kemenag mengandung nilai-nilai ruhaniah/spiritual. Suatu pekerjaan mengandung nilai-nilai spiritual atau tidak sangat tergantung pada niatnya. Ketika niat yang tertanam kuat dalam hatinya adalah keikhlasan maka pekerjaan yang dilakukannya mengandung nilai-nilai ruhaniah/spiritual (divine working). Namun, ketika keikhlasan tidak dijadikan landasan dalam melakukan setiap pekerjaan, maka pekerjaan tersebut tidak memiliki nilai-nilai ruhaniah/spiritual (human working) dan sangat terbuka kemungkinan pegawai semacam ini sangat rentan terhadap perilaku korup, termasuk penyakit batin seperti iri, dengki, dan sombong.

Terkait dengan konsep keikhlasan ini, beliau membedakan kosa kata mukhlishin dari kosa kata mukhlashin. Seseorang yang masuk kategori mukhlishin meskipun dia ikhlas dalam melakukan pekerjaannya, namun dia masih suka menyebut amal-amal kebaikan yang dia lakukan. Dia bangga dengan perbuatan baik yang dilakukannya dan menyampaikannya kepada yang lain. Berbeda halnya dengan mukhlashin. Seseorang yang masuk kategori ini (mukhlashin) benar-benar sudah tidak lagi memikirkan tentang perbuatan baik yang dia lakukan. Baginya, semua perbuatan baiknya itu bukanlah sesuatu yang perlu dia banggakan karena semuanya itu adalah anugerah Allah SWT semata. Tidak lebih.

Prof. Dr. H. Nazaruddin Umar selanjutnya mengungkapkan betapa pentingnya membangun komunikasi yang intim dengan Sang Kholiq melalui penanaman kesadaran akan hadirnya Allah SWT dimanapun kita berada dan dalam setiap pekerjaan positif apapun yang kita lakukan. Kesadaran semacam itu akan mengakibatkan kita mampu menangkap petunjuk-petunjuk Ilahiyah (divine inspiration) berupa inspirasi/gagasan/ide positif yang akan menjadikansetiap pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin bernilai dan berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun