Di era modern, pembelajaran Pancasila di Sekolah Dasar menghadapi berbagai tantangan yang memunculkan sisi negatif jika tidak diatasi dengan inovasi yang tepat. Salah satu kendalanya adalah munculnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, terutama melalui akses digital yang semakin mudah di kalangan anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan siswa lebih tertarik pada nilai-nilai individualisme, materialisme, atau gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong. Selain itu, lemahnya metode pembelajaran tradisional yang cenderung bersifat teoretis dan kurang kontekstual membuat siswa sulit memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya pendidikan karakter yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila harus diimbangi dengan pemahaman etika digital. Siswa perlu diajarkan tentang privasi, keamanan, dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi. Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks digital
Salah satu masalah utama dalam pembelajaran Pancasila adalah penggunaan metode pengajaran yang cenderung monoton dan konvensional, seperti ceramah dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang terlibat dalam proses belajar, sehingga pemahaman mereka terhadap nilai-nilai Pancasila tidak mendalam. Kesenjangan teknologi juga menjadi tantangan besar. Di satu sisi, teknologi dapat menjadi sarana pembelajaran yang inovatif; namun, di sisi lain, akses yang tidak merata ke perangkat dan internet dapat memperburuk ketimpangan pendidikan. Siswa dari daerah terpencil atau keluarga kurang mampu sering kali tidak mendapatkan pengalaman pembelajaran yang sama efektifnya. Ditambah lagi, kurangnya pelatihan bagi guru untuk memanfaatkan teknologi secara optimal dapat mengakibatkan proses pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik bagi siswa.
Jika tidak segera diatasi, dampak negatif ini dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran Pancasila dalam membentuk karakter siswa yang berintegritas dan sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Untuk itu, diperlukan inovasi seperti penggunaan teknologi yang terjangkau, metode pembelajaran interaktif yang berbasis pengalaman, serta program pelatihan bagi guru untuk mengintegrasikan Pancasila dalam konteks modern tanpa kehilangan esensi tradisionalnya. Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, ideologi alternatif dapat dengan mudah mempengaruhi generasi muda. Jika pembelajaran Pancasila tidak dilakukan secara efektif, siswa mungkin mencari pandangan alternatif di luar kerangka nilai Pancasila, yang dapat mengarah pada radikalisasi atau ekstremisme.
Meskipun inovasi dalam pembelajaran Pancasila di sekolah dasar sangat penting untuk menghadapi tantangan era modern, sejumlah sisi negatif seperti metode pengajaran monoton, kurangnya konteks relevan, fokus pada aspek kognitif, resistensi terhadap perubahan, kurangnya pelatihan guru, dan pengaruh ideologi alternatif harus diatasi. Memperbaiki kondisi ini akan membantu memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat dipahami dan diterapkan secara efektif oleh generasi muda Indonesia.
REFRENSI
Syaifullah, S. F. REVITALISASI PANCASILA: SEBUAH KEBUTUHAN MENDESAK. JURNAL MAJELIS, 65.
Saragih, C. S. (2023). Implementasi nilai pendidikan Pancasila di era digital pada siswa SDN 101964 Jaharun A Kecamatan Galang. ALFIHRIS: Jurnal Inspirasi Pendidikan, 1(3), 41-51.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H