Mohon tunggu...
nadya silvia
nadya silvia Mohon Tunggu... Mahasiswa - pendidikan

Sarana hiburan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Remaja "Beranjak Dewasa"

23 Desember 2021   10:07 Diperbarui: 3 Januari 2022   23:38 4977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KARYA NONILMIAH

Penulis : Nadya Silvia Pramudita

Dosen : Bu Meilan Arsanti S.Pd, M.Pd.

Beranjak Dewasa

Pada kisah ini, aku tidak akan menyebutkan nama dari setiap tokohku, karena ini adalah sebuah kisah nyata dalam hidupku. Biarkan kami yang pernah mengalami yang mengetahui tentang siapa saja dalam cerita masalalu ini. Aku bersekolah di sebuah sekolah yang cukup ternama di daerahku. Bersekolah di sekolah yang cukup ternama tentunya membuat mental kita naik turun. Bukan hanya masalah saingan akademis maupun non akademisnya. Tetapi mental kalian juga akan teruji dengan keadaan lingkungan pertemanan yang sungguh berebeda dari yang lain. Saling menjatuhkan adalah hal yang sering terjadi, walaupun tidak semua orang seperti itu. Apalagi aku mengikuti sebuah organisasi besar di sekolah yang orang-orangnya cukup dipandang. Perilaku sekecil apapun pasti diusik oleh mereka yang tidak suka agar kita jatuh dan nama organisasi kita juga ikut jelek. Namun, seperti halnya dengan orang-orang di SMA lain, aku juga memiliki sahabat-sahabat yang sangat dekat denganku, mereka tidak satu organisasi denganku, tetapi mereka satu kelas denganku. Kami bisa dibilang sangat dekat, dan sering berbagi cerita satu sama lain.

 Pada cerita ini maaf aku tidak akan menceritakan secara lengkap, karena ada beberapa privasi yang tidak ingin aku ceritakan. Cerita ini, berawal pada saat pertengahan kelas 11, pada saat itu kondisi tubuhku tidak cukup baik. Karena aktivitasku yang padat, baik aktivitas pelajaran sekolah, aktivitas organisasi, dan aktivitas ekstra membuat aku sering sekali mengabaikan makan, dan istirahat. Hal itu membuatku tidak bersekolah selama 1 minggu, karena aku terkena Dispepsia akut atau yang biasa disebut maag akut, sampai-sampai aku harus berada di rumah sakit selama 3 hari. Tidak ada teman-temanku sekolah selain para sahabatku yang tahu aku berada di rumah sakit, mereka hanya tahu bahwa aku sakit. Setelah 1 minggu aku tidak sekolah, semua aktivitasku di sekolah aku tinggalkan akhirnya keadaanku cukup membaik, dan mulai bersekolah tetapi tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan organisasi dan ekstra terlebih dahulu. karena hal ini, aku jarang sekali bertemu teman-teman organisasiku. Namun, selang 2 hari setelah 1 minggu aku tidak masuk sekolah, sahabatku memberitahukanku sebuah omongan buruk yang dilontarkan oleh salah satu teman organisasiku. Ternyata, selama ini dia sering sekali menjelek-jelekanku didepan teman-teman non organisasiku. Dia mengatakan bahwa aku hanya bersandiwara sakit, untuk menginggalkan tanggungjawabku di organisasi. Awalnya aku tidak mempercayai hal ini, namun tak lama kemudian aku mendengar sendiri perkataannya saat aku tak sengaja melewati kamar mandi, dan pada saat itu dia dan teman-temannya sedang membicarakanku.

Pada kondisiku yang seperti ini, tentunya aku membutuhkan dukungan dari teman-temanku. Namun, apa yang terjadi justru sebalaiknya. Aku merasa sangat hancur seketika dan rasa kesal dalam hatiku sudah tidak bisa terbendung. Dia yang aku anggap sebagai teman ternyata diam-diam menjatuhkanku dihadapan orang banyak. aku pernah mendengar dia mengatakan agar sakitku lebih parah. Dia juga pernah mengatakan bahwa semua ini hanya sandiwara. Tetapi di didepanku dia berlagak seperti seorang teman. Mungkin bermuka du aitu adalah keahliannya, bukan hanya aku yang mengatakan hal seperti ini. Banyak dari teman-teman lamanya yang juga tidak suka dengan tingkah lakunya mengatakan hal ini kepadaku. Para sahabatku juga mengetahui perkataan kejinya yang ditujukan kepadaku, bahkan dia juga menghasut teman-teman organisasiku untuk tidak memperdulikanku dan membenciku. Sungguh semakin hari, hati dan pikiranku sudah sejalan tidak ingin bertemu ataupun berbicara dengan dia. Aku hanya tidak ingin menjadi orang rendahan yang marah-marah kepadanya. Tujuanku menghindar dari kondisi ini karena aku tidak mau melampaui batas kesabaranku. Jika aku benar-benar menemuinya dan melabraknya mungkin keadaan akan semakin rumit, dan orang lain juga akan memandangku jelek tentunya. Maka dari itu, aku memilih jalan lain untuk membalasnya, bukannya aku dendam atau semacamnya, tetapi aku hanya ingin dia merasakan betapa hancurnya seseorang hanya dengan satu kalimat penghinaan yang tidak benar.

Seminggu berlangsung aku sering menghabiskan waktu di kelas, jarang pergi ke kantin. Aku tidak ingin tiba-tiba aku bertemu dengannya. Namun, setiap hari teman-teman organisasiku menghampiriku di kelas. Mereka memintaku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi aku tidak mau mereka tahu sebelum aku dan sahabatku mengusut tuntas hal ini. Setiap kali teman-temana organisasiku dating, aku hanya mengatakan bahwa aku tidak ingin dulu berteu dengan dia. Mungkin mereka juga bertanya kepada orang bermuka dua itu, tapi mungkin dia tidak mau mengaku. Mana mungkin orang yang pandai mencari muka seperti dia mau mengaku. Akhirnya para sahabatku secara diam-diam mendekati seseorang yang cukup dekat dengan orang bermuka du aitu. Sahabatku berhasil melihat isi chat orang bermuka du aitu dengan salah seorang temannya, sungguh isi chat tersebut sangat diluar dugaan. Ternyata perkataannya lebih kejam, amarah yang kupendam sungguh tidak dapat kupendam. Aku menunjukkan isi chat tersebut kepada teman organisasiku yang setiap hari menghampiriku. Mereka terkejut, dan tidak menyangka tentang semua ini. Akhirnya, teman-teman organisasiku sepakat untuk menanyai hal ini kepada orang bermuka dua ini. Mereka tidak mau, kita dalam satu organisasi terus-terusan bertengkar. Sebenarnya aku tidak mau meluruskan hal ini dengan orang bermuka du aitu, tetapi aku juga berpikir kalua terus-terusan seperti ini, orang bermuka du aitu juga tidak akan terbongkar kebusukannya. Akhirnya aku memutuskan menemuinya.

Sepulang sekolah, kami berkumpul di ruang organisasi untuk menyelesaikan hal ini. Suasana tegang sungguh terjadi, aku hanya diam untuk menahan emosiku. Teman-temanku organisasi menunjukkan isi chat tersebut kepada orang bermuka du aitu. Dia hanya terdiam dan terlihat sedikit menahan takut. Aku sudah tidak tahan dengan kondisi seperti ini, akhirnya aku angkat bicara dengan nada sedikit tinggi, “maksutmu apa?” kataku kepadanya. Dia awalnya mengelak isi chat tersebut dengan berbagai alas an yang tidak logis. Kata-kata amarahku terus terlontar, samai pada akhirnya aku diam sejenak dan menatapnya. Tak lama kemudian dia mau mengakui kebenaran, dia sempat meminta maaf denganku, dan teman-temanku organisasi yang lain juga ikut menenangkanku dan memintaku untuk memaafkannya. Sebenarnya dalam hatiku sungguh tidak rela, tapi aku juga tidak tega melihat teman-teman organisasiku yang menangis melihat hal ini, air mataku juga ikut mengalir deras dan akhirnya aku memaafkannya. Akhirnya, hari demi hari keadaan semakin membaik, aku dan dia juga sudah mulai mengobrol dengan biasa. Aku juga sudah mulai aktif Kembali di kegiatan organisasi.

Masalah yang berawal dari ketidaktahuan satu sama lain, yang mengakibatkan hati saling membenci. Seucap kalimat yang menghina tidak dapat bisa kita anggap remeh dampaknya terhadap orang lain. Dari perkataan dia yang menyakitkan mampu membuat hidupku seakan berada di ruang yang segalanya berwarna putih, yakni sungguh menyiksa. Dan pada akhirnya, kita dapat bertindak lebih dewasa sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan hati yang ikhlas. Dari semua kejadian yang membuatku merasa hancur tersebut, aku dan teman-temanku dapat mendapatkan pelajaran bahwa kita perlu saling memahami satu sama lain. Tidak perlu saling menyalahkan, kita butuh kedamaian maka kebenaran dengan sendirinya akan terungkap. Dari awal pertengkaran dampai akhir hingga kita meneteskan air mata, memiliki sebuah akibat yang luar biasa, yakni rasa kekeluargaan kita semakin erat, dan kita dapat memahami sifat teman kita masing-masing. Dari kejadian itu juga, kini kita memilki sebuah pengalam yang luar biasa, sehingga kita dapat mengajarkan kepada generasi penerus organisasi kami mengenai berbagai solusi yang perlu kita ambil disaat kita menghadapi masalah. Ego tidak perlu bertindak berlebihan jika hati masih bisa diajak berdamai.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun