Mohon tunggu...
caca nadya
caca nadya Mohon Tunggu... -

aku tak mampu menggambarkan bagaimana diriku, hanya kalianlah yang mampu menggambarkan bagaimana diriku :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Sinilah Aku Mati

20 Juni 2012   08:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Disaat aku tak kuasa menjatuhkan air mata, disaat aku tak mampu untuk berduka, dan disaat aku tak sanggup untuk terluka, disinilah aku mati..”

Akulah sang pujangga dalam istana megah

Istana megah dengan penguasa yang angkuh

Dengan dua prajurit setia sang penguasa

Duaprajurit setia yang patuh akan perintahnya

Sebuah pernyataan indah yang tak terungkap dariku

Dan sebuah kenyataan pula yang tak terucap darinya

Darinya sang pujangga yang memberi kesan dalam hidupku

Sang pujangga dalam istana sebrang sana

Aku rasa semuanya normal saat aku diberikan sebuah rasa

Rasa yang semua orang pernah merasa

Merasakan perasaan yang aku yakini indah dalam asa

Seindah saat pelangi menghiasi sang langit di angkasa

Akulah sang pujangga yang saat itu tertekan

Tertekan karena pernyataan yang tak terungkap

Kini sesuatu yang tak terungkap itupun diungkapkan

Pernyataan adu domba dari istana tetangga lainnya

Tanpa alasan sang penguasa melarangku

Tanpa ucapan dan sepatah rasionalisasi

Membuatku masih menginginkan untuk mempertahankan rasaku

Mempertahankan rasaku dengan rasionalisasi

Dengan rasionalisasi yang aku pegang aku tegar

Aku sabar dengan dukungan sang pujangga dari istana sebrang itu

Dialah yang mampu mebuatku tegar

Dia pula yang membuatku mampu bertahan dengan apa yang aku mau

Aku mencoba melarikan diri dari kekangan sang penguasa

Mencoba memperjuangkan kisahku dengannya

Meskipun aku yakin sang penguasa tidaklah bodoh

Meski aku tau penggalanlah akibat dari perbuatanku

Segerombolan pemanah terlihat dari kejauhan

Pengaduan pada sang penguasa dari istana tetangga

Hingga sang penguasalah yang melepaskan busur panahnya kearahku

Disinilah aku mati

“Seolah hidup ini terasa tak adil, terkenang pahitnya keadaan relung yang tak berdaya akan kekuasaan seseorang , hingga disaat aku tak sanggup untuk pahatan akan luka, disinilah aku mati..”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun