Mohon tunggu...
Nadya ShofaAnniha
Nadya ShofaAnniha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UNNES

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korea Selatan Berikan 11,9 Juta Rupiah Kepada yang Mau Berkencan: Langkah Inovatif atau Tindakan yang Dipertanyakan?

9 Juli 2024   23:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   23:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korea Selatan, yang terkenal dengan teknologi canggih dan budaya pop yang berpengaruh secara global, kini menghadapi krisis demografis dengan cara yang tidak biasa, pemerintah Korea Selatan akan memberikan insentif finansial kepada warga negara yang ingin berkencan atau menikah.Pemerintah daerah, dengan dukungan dari tingkat kabupaten dan pusat, mengumumkan kebijakan untuk menyediakan hingga 1 juta won, atau sekitar  11,9 juta rupee, kepada orang-orang yang bersedia berpartisipasi dalam acara kencan buta berskala besar di distrik tertentu. Selain itu, pasangan yang  memutuskan untuk menikah nanti bisa mendapatkan bonus  yang lebih besar lagi.

Kebijakan ini memicu perdebatan mengenai efektivitas dan etika  upaya pemerintah dalam mengatur kehidupan pribadi warga negara.Namun, para pendukung kebijakan tersebut berpendapat bahwa kebijakan ini merupakan respons  inovatif terhadap permasalahan serius seperti menurunnya angka kelahiran dan populasi menua. Tujuan pemberian insentif keuangan adalah untuk memastikan masyarakat  lebih terdorong untuk memulai keluarga dan meningkatkan angka kelahiran. 

Di sisi lain, banyak orang bertanya-tanya apakah memberikan uang sebagai insentif untuk pacaran dan menikah adalah pendekatan yang tepat. Isu-isu seperti keberlanjutan kebijakan ini dan dampak jangka panjangnya terhadap struktur sosial dan nilai-nilai budaya juga penting. Apakah mendapatkah uang memotivasi orang untuk mengambil langkah besar seperti pernikahan? Ataukah hal ini justru mengurangi makna dan komitmen dalam hubungan? 

Selain itu, kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk memperkuat struktur keluarga dan komunitas lokal, namun apakah langkah-langkah ini  mencakup seluruh lapisan masyarakat secara adil? Bagaimana dengan mereka yang tidak mempunyai minat atau kesempatan untuk mengikuti acara kencan buta ini? Apakah mereka akan merasa dikucilkan atau diabaikan? 

Tidak dapat disangkal bahwa Korea Selatan  menghadapi tantangan demografis yang besar, namun solusi yang diambil harus dipertimbangkan dari berbagai perspektif, termasuk nilai budaya, etika, dan dampak sosial. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan ini tidak hanya berfokus pada  statistik kelahiran, namun juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Mengingat kompleksitas masalah kependudukan, Korea Selatan dan negara-negara lain dapat mengambil pelajaran dari pentingnya pendekatan yang seimbang antara inovasi kebijakan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kesejahteraan  masyarakat Masu secara keseluruhan.

Terakhir, kita perlu memantau secara dekat perkembangan kebijakan ini di Korea Selatan dan bagaimana hal ini akan berdampak pada masyarakat dan demografi Korea Selatan.

 Kami berharap langkah-langkah yang diambil akan menghasilkan solusi yang berkelanjutan dan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan  universal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun