Mohon tunggu...
Nadya Setiawati
Nadya Setiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Sosiologi Keluarga dan Gender melalui Film Bollywood: Ki & Ka

20 September 2023   23:10 Diperbarui: 20 September 2023   23:13 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ki & Ka merupakan salah satu film Bollywood yang memiliki cerita yang cukup unik dan tidak biasa di dalamnya. Bercerita tentang Kia dan Kabir yang merupakan tokoh utama di dalam film tersebut yang kemudian menjadi sepasang suami istri dan menjalani kisah pernikahan yang cukup menarik. Film ini menceritakan mengenai adanya pertukaran peran gender antara Kia dan Kabir sebagai sepasang suami istri.

Pada awal film, Kia diceritakan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang-orang di sekitarnya terkait pernikahan. Kia tidak sepakat terhadap perbincangan orang tua mempelai pengantin (sahabatnya) mengenai perempuan yang menjadi penyangga laki-laki. Hal tersebut seolah-olah menjadi simbolis  bahwa  posisi  perempuan berada di bawah laki-laki. Sebagai seorang perempuan, Kia justru  menyesali  pilihan  sahabatnya  untuk menikah  karena  pada  akhirnya  pernikahan akan  menghambat karir perempuan. Dalam kacamata Kia, ia merasa bahwa  adanya  pernikahan  tidak  akan membawa  kebahagiaan  baginya, sehingga sebagai perempuan Kia lebih memilih untuk fokus pada karirnya.

Kia akhirnya bertemu dengan Kabir dan menemukan hal menarik darinya. Kabir ingin menjadi artistik seperti ibunya. Namun, kata artistik yang dimaksud Kabir ialah profesi ibunya sebagai ibu rumah tangga. Maksud Kabir ialah ia ingin berprofesi dan melakukan pekerjaan layaknya ibu rumah tangga, dimana ia menganggap profesi tersebut sebagai profesi yang sangat penting dan bermakna, bukan seperti ayahnya yang bekerja hingga lupa akan tujuan awalnya. Sedangkan Kia sendiri merupakan sosok wanita yang sangat memiliki ambisi yang kuat untuk menjadi seorang business woman.

Pada akhirnya, Kia dan Kabir memutuskan untuk menikah. Namun, banyak dinamika yang mereka alami dalam pernikahan tersebut. Di sini lah sisi patriarki terlihat sangat jelas. Kabir yang hanya bekerja di rumah dan Kia yang sibuk bekerja sebagai seorang business woman menjadikan kehidupan pernikahan mereka terasa lebih sulit karena adanya pertukaran peran gender di antara mereka. Kia sempat merasa malu untuk mengakui bahwa Kabir sebagai suaminya hanya bekerja di rumah. Hal tersebut disebabkan karena adanya stigma masyarakat yang begitu kuat bahwa laki-laki di dalam keluarga wajib memiliki peran sebagai pencari nafkah, sehingga ketika terdapat pertukaran peran gender seperti yang dialami Kia dan Kabir, dipandang sebagai hal yang tidak lazim oleh masyarakat di sekitar mereka.

Dalam stigma masyarakat yang ada pada saat ini,  normalnya seorang suami memiliki peran sebagai kepala keluarga yang berkewajiban memenuhi segala kebutuhan rumah tangga. Sedangkan, seorang istri berkewajiban mengatur rumah tangga sebaik yang ia bisa. Masyarakat selalu memiliki anggapan bahwa seorang pria harus kuat, berani, serta dapat mencari nafkah. Sedangkan, wanita harus bersifat lembut, halus, dan mengurus rumah  tangga. Selama bertahun-tahun, kita bisa merasakan bahwa telah terjadi pengkotakan peran gender yang mengharuskan seorang pria untuk berkerja dan wanita mengurus rumah tangga.

Patriarki sendiri merupakan tata kekeluargaan yang berdasar pada garis keturunan dan berkaitan dengan sistem sosial. Patriarki pada akhirnya dipahami sebagai kepercayaan yang meletakan laki-laki sebagai pemilik kekuasaan atau kedudukan lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perempuan pun dianggap sebagai harta yang dimiliki laki-laki yang dikuasai dan harus patuh pada peranan laki-laki. Patriarki menyebabkan laki-laki seringkali mendominasi perempuan dan  perempuan menjadi orang kedua setelah laki-laki sehingga kesempatan perempuan menjadi terbatasi.

Kuatnya budaya patriarki ini yang membuka pandangan perempuan dan menjadikan perempunan memiliki keinginan untuk menjadi seorang istri yang bebas secara finansial dalam hal ini tidak perlunya menggantungkan beban finansialnya kepada sang suami, meskipun dalam budaya patriarki hal tersebut masih terkesan tidak lazim.

Namun, ternyata seperti yang kita lihat dalam film Ki & Ka bahwa tidak semua istri dapat berperan sebagai pengurus rumah atau dapat dikatakan seorang istri juga dapat memiliki kedudukan yang tinggi di tempatnya bekerja sehingga harus bertukar tempat dengan suaminya dalam mengambil peranan rumah tangga. Jabatan istri yang lebih tinggi dibanding suaminya ini lah yang dapat dijadikan bahan pembicaraan oleh masyarakat atau keluarga, apalagi ketika peran sang istri berubah sepenuhnya menjadi pencari nafkah sedangkan sang suami mengurusi semua pekerjaan rumah di tengah budaya patriarki yang masih kental ini.

Dalam persoalan gender, kita bisa menggunakan teori sosial-konflik untuk menilik persoalan ini. Teori ini mengatakan bahwa perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi merupakan bagian dari penindasan kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam konsep keluarga. Dengan kata lain, ketimpangan peran gender dalam masyarakat bukan karena kodrat dari Tuhan, tetapi karena konstruksi masyarakat. Menurut para feminis Marxis dan sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan peran gender adalah keluarga dan agama, sehingga usaha untuk menciptakan kesetaraan gender adalah dengan menghilangkan peran biologis gender, yaitu dengan mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang menciptakannya.

Hal yang membuat film ini berbeda dibandingkan dengan film yang lain ialah bagaimana film ini dapat sangat membuka pandangan baru atau pun insight yang lebih luas dengan menceritakan bahwa Kia dan Kabir sebagai sepasang suami istri dapat memecahkan stigma atau ideologi patriarki yang telah terbentuk dengan sangat kuat pada masyarakat. Kita dapat memiliki pandangan baru bahwasannya patriarki yang ada pada lingkungan sekitar kita saat ini dapat dipatahkan karena setiap gender memiliki keinginan dan kemampuannya masing-masing untuk menentukan apa yang akan ia lakukan, tidak selalu berpaku pada pengkotakan peran gender yang telah terbentuk pada saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun