Mohon tunggu...
Nadya Lukita
Nadya Lukita Mohon Tunggu... Lainnya - A longlife learner

Not a pro, just sharing.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Jejak Masa Lalu di Jalan Merdeka Bogor

27 Januari 2025   20:26 Diperbarui: 27 Januari 2025   20:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eks Bangunan Landbouwschool (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di tengah hiruk-pikuk modernitas Kota Bogor, Jalan Merdeka menyimpan cerita masa lalu yang seolah berbisik melalui bangunan tua dan aroma nostalgia. Banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih kokoh berdiri dan dipergunakan hingga saat ini. Jalan ini tidak sekadar penghubung, tetapi juga saksi bisu perubahan zaman di kota ini. Perjalanan menyusuri jejak sejarah kali ini saya lakukan bersama rombongan "Bogor Historical Walk". Seperti namanya, komunitas ini sering kali mengadakan kegiatan walking tour ke lokasi-lokasi yang menyimpan banyak cerita sejarah. Sebuah cara asyik mengulik kisah sejarah sambil jalan-jalan.

Pagi ini kami berkumpul di area pintu keluar Stasiun Bogor arah alun-alun. Pukul 08.15 kami memulai perjalanan. Lokasi Jalan Merdeka tidak jauh dari Stasiun Bogor. Dari arah Alun-alun Kota Bogor kami berbelok ke kanan ke arah Jembatan Merah dan berjalan lurus menuju Jalan Merdeka. Pada zaman Belanda dahulu Jalan Merdeka dikenal dengan nama Cikeumeuhweg, karena air sungai yang mengalir sejajar dengan jalan ini. Jalan Merdeka masa lalu merupakan kawasan pemukiman elite Eropa. Jalan ini juga merupakan pusat pertokoan hits, mulai dari toko seragam, toko alat tulis, atau toko jam tangan. Namun, seiring perkembangan zaman, area ini semakin terpinggirkan. Menyusuri Jalan Merdeka, kita bisa melihat berbagai toko legendaris yang masih berdiri. Di ujung jalan, ada toko seragam "Prya" yang sudah beroperasi sejak tahun 1960. "Data semua anak sekolah di Bogor, toko ini pegang. Karena dahulu semua anak sekolah kalau beli seragam pasti belinya di Prya", tutur Kang Ian, pemandu perjalanan kami. Sayangnya, perkembangan zaman turut menggerus kepopuleran jalan ini. Saat ini hanya sedikit toko yang bisa bertahan.

Kami melanjutkan perjalanan melewati kedai es teh Jaya Abadi yang sempat viral di media sosial karena mengusung tema bangunan lawas, selaras dengan vibe Jalan Merdeka. Di depan kedai tersebut terdapat bangunan Pusat Grosir Bogor (PGB) yang dahulu adalah area Kerkhof atau pemakaman Belanda. Area pemakaman ini kemudian dipindahkan ke daerah Cipaku. Lokasi ini sempat menjadi GOR Merdeka sebelum berubah menjadi pusat grosir seperti sekarang. Perjalanan kami kemudian membawa kami ke SMAN 9 Bogor, sebuah bangunan yang menyimpan jejak pendidikan era kolonial. Beberapa bagian bangunan mempertahankan elemen asli, seperti pintu kayu besar, menara lonceng, dan tangga kayu. Bangunan SMAN 9 didirikan oleh Kartini Fonds bentukan Nyonya Van Deventer. Dahulu, SMAN 9 adalah sekolah khusus perempuan. Selain pelajaran umum, siswanya juga diajarkan ilmu-ilmu tentang keputrian, seperti memasak dan menjahit. Setelah kemerdekaan sekolah ini sempat menjadi sekolah guru. Kami diizinkan berkeliling area sekolah. Menikmati suasana masa lalu para siswa yang belajar di bangunan ini.

Bangunan SMAN 9 Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bangunan SMAN 9 Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

SMAN 9 Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
SMAN 9 Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Langit semakin gelap, penanda hujan akan turun. Benar saja, hujan turun dengan derasnya saat kami hendak melanjutkan perjalanan. Dari SMAN 9, kami melangkah menuju YPK Satu Bakti. Kedua bangunan ini berbagi kisah masa lalu yang tetap bertahan di tengah perkembangan zaman. Di salah satu sudut dinding terpatri tulisan Christelijke-School atau Sekolah Kristen. Fasad bangunan ini masih sama dengan di zaman Belanda dahulu. Dari luar bangunan ini tampak ceria dengan perpaduan warna putih dan biru muda mewarnai dindingnya.

Sekolah YPK Satu Bakti (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sekolah YPK Satu Bakti (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Korem 061/Suryakancana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Korem 061/Suryakancana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kami melanjutkan perjalanan sambil menikmati hujan Kota Bogor menuju Komando Resor Militer 061/Suryakancana. Dari bagian depan bangunan Korem tampak megah dengan dominasi warna putih dan hijau. Perhatian saya tertuju pada tulisan di dinding bangunan depan yang bertuliskan Hoogere Burgerschool Met S J. Cursus di sisi kanan dan Not: H.J.De Graaf-Stichting di sisi kiri. Bukti sisa peninggalan Belanda yang tak lekang oleh waktu. Kedatangan kami disambut Dandenma Kapten CHK Mulyana. Beliau menceritakan kisah menarik bahwa ada seorang keturunan Belanda yang datang berkunjung karena dahulu kakeknya adalah kepala sekolah di tempat tersebut. Bangunan Korem Suryakancana di tahun 1920 merupakan tempat pusat penelitian karet. Lalu di tahun 1937 dijadikan sekolah menengah untuk anak-anak Eropa. Bangunan peninggalan Belanda tersebut masih utuh dan tidak berubah karena merupakan cagar budaya. Bangunan ini mengingatkan kita bahwa sejarah tidak hanya tercatat dalam buku, tetapi juga tertanam dalam arsitektur yang bertahan melawan waktu.

Korem 061/Suryakancana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Korem 061/Suryakancana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Eks Landbouwschool menjadi penutup perjalanan kami. Saat ini bangunan tersebut menjadi Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BBPSIP). Dari luar bangunan ini tampak unik, dengan dinding bata merah di bagian bawah bangunan dan jendela yang lebar khas bangunan Belanda. Bagian dalam bangunan dihubungkan dengan koridor-koridor Panjang. Kami diajak berkeliling, mengunjungi perpustakaan dan ruang bawah tanah yang masih terdapat lift kecil untuk mobilisasi dokumen. Setelah menyusuri Jalan Merdeka, saya merasa seperti kembali dari perjalanan waktu. Perjalanan ini bukan hanya tentang melihat masa lalu, tapi juga mengingatkan kita untuk menjaga apa yang tersisa darinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun