Derai hujan membasahi bumi dan seisinya. Gemerlap petir menakuti makhluk yang ada didalamnya. Langit seolah menagis, marah, dengan segala kenyataan yang ada. Sama seperti apa yang kurasakan saat ini. Hari ini, detik ini.
“ nay .. maafkan aku, aku harus pergi.” Ucap pria yang sangat aku cintai. Danel. Aku tak bisa berucap sepatah katapun, lidahku kelu merasakan dinginnya hati ini. Aku hanya diam membisu dan menatap wajahnya dengan buliran air mata.
“ nay, aku mohon katakan sesuatu padaku.” Pinta danel, aku masih terdiam, dan tangisku semakin terisak. Aku tak tahu harus berkata apa padanya. perpisahan ini terlalu sulit untuk kuterima. Walau pada nyatanya dia akan kembali. Aku tak tahu, apakah aku bisa melewati hari-hari nanti tanpa adanya danel disisiku.
“ aku akan kembali nay, aku tidak akan meninggalkan cinta dan kasihku disini. Aku kembali 5 tahun yang akan datang, percayalah.” Ucapnya, mencoba mayakinkanku.
***
Perpisahan 5 tahun silam, masih terngiang dibenakku, dan kini tahun yang dinantikan itupun datang. Danel akan kembali, aku akan bertemu dengannya.
“ nay .. nay .. naysha .. “ aku tersadarkan oleh panggilan itu. “ danel.” ucapku.
“ apa? Danel? Ini aku rama.” Jawab pria dihadapanku. Rama, pria yang selalu menemaniku selama kepergian danel, dan ia pun pernah menyatakan perasaanya padaku, namun aku tak bisa membalas perasaanya karena masih tertulis nama danel dihatiku.
“ emm sorry, tadi aku melamun.” Sambungku, tak enak hati.
“ iya, aku tahu kamu melamun dan memikirkan danel, right? Dan hari ini ia akan kembali.” Ucapnya. Ia pria yang begitu mengerti akan perasaanku. Rama, aku mungkin menyukainya, karena tak ada wanita yang tak suka disayangi, dicintai, dan merasakan kenyamanan saat bersamanya. Aku nyaman ketika bersamanya, aku senang saat disampingnya, dan aku merindukannya saat ia tak ada disisiku. Namun, dengan cepat aku mendelete semua perasaan itu, karena aku masih memiliki danel. Hubunganku denagn rama hanya sebatas teman, itu yang selalu ku camkan dalam benakku. Namun entah dengan rama.
Sore ini aku duduk manis dikursi taman, diman aku dan danel akan berpisah 5 tahun silam. Aku ditemani oleh rama, dan aku yang memintanya untuk menemaniku.
“ nay, mau sampai kapan kamu akan menunggu? Hari sudah mulai gelap, sebaiknya kita pulang saja.” Tanya rama dengan lembut.
“ sampai danel datang, ram.” Jawabku. Aku tak mungkin pergi, dan aku tak ingin pergi. Karena hari ini danel akan datang, aku yakin itu. Walau tak ada kabar yang diberikan danel, namun aku yakin ia akan kembali, 22 april 2015.
“ mengapa kamu masih menunggu orang yang tak pasti datang untukmu nay? Mengapa kamu tak membuka pintu hatimu untuk orang lain? Aku masih disini nay, masih menyayangimu dan mencintaimu, walau kutahu kau tak akan membuka pintu hatimu untukku. “ ucap rama, yang membuatku berpaling dan menatapnya.
“ mungkin, jika memang tuhan tidak menakdirkan kita untuk bersama aku akan mencoba menerimanya. Tapi aku yakin tuhan mengizinkan aku untuk mencintaimu, walau cintamu bukan untukku.” Sambungnya. Air mataku perlahan menitik dikedua pipiku.
“ cinta memang tak bisa dipaksakan, cinta tumbuh seiring berjalannya waktu. Sama halnya dengan perasaanku. Karena itu aku tak bisa menghapus begitu saja perasaan ini. Biarkan waktu yang akan menghapusnya juga. Aku hanya bisa menjalani dan akan mencoba untuk melupakan perasaan yang pernah aku rasakan padamu. Selamat tinggal naysha, aku bahagia mencintaimu. Semoga kamu mengerti perasaanku, dan semoga kamu bahagia mencintai danel.” Rama bangkit, dan perlahan melangkahkan kakinya menjauh dariku.
“ rama .. “ panggilku, namun ia tak menyahut dan terus berjalan. “ maafkan aku rama.” bisikku. Air mata ini terus membasahi kedua pipiku. Kini aku kehilangan orang yang pernah mencintaiku, karena aku tak bisa membalasnya. Di tanggal ini, terulang kembali.
Kini aku sendiri, dikursi taman ini. Kupandangi sekitarku. Tak ada orang yang berdiam disini selain aku. Langit mulai menitikkan keringatnya, awan menghalngi cahaya rembulan. Sudah malam. Ku lirik arlojiku, tepat pukul 10 malam. Hati ini mulai terasa perih, sesak dada ini manahan isak tangis, mataku perih. Ku menunggu kehadirannya, namun ia tak kujung datang. “Apa kau tak akan datang danel? Tuhan kemana danel, mengapa ia tak kembali?” langit seakan tahu isi hatiku, ia pun menangis ikut merasakan apa yang kurasakan. Danel pergi dan tak kembali, rama pergi dan tak juga kembali. Aku kehilangan orang yang aku sayangi, dan yang menyayangiku. Aku telah menyia-nyiakan cinta yang lain demi menanti cinta yang tak pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H