Salah satu instrumen penting dalam ekonomi politik internasional adalah sistem moneter internasional. Menurut Salvatore (2013), sistem moneter internasional dapat dididefinisikan sebagai aturan, fasilitas serta organisasi yang ada dan memiliki pengaruh penting bagi sistem transaksi dalam tingkat global.
Di dalam sistem moneter internasional, beberapa klasifikasi harus terpenuhi agar sistem ini dapat mengatur perdagangan di skala global, sehingga negara yang ikut serta dalam kegiatan ekonomi tersebut mendapat bagian keuntungannya secara adil dan merata. Sistem moneter internasional juga dapat dikatakan sebagai salah satu sistem yang dapat mengontrol atau mengatur  kegiatan perekonomian negara dengan menjadi fasilitas negara dalam melakukan kegiatan ekonomi internasional  yang menjaga stabilitas fluktuasi kurs atau nilai tukar mata uang dalam neraca pembayaran suatu negara.
Kurs dalam kegiatan perekonomian negara dapat diartikan sebagai satuan yang penggunaannya dapat menentukan nilai mata uang dari sebuah negara, selain itu juga dapat diartikan sebagai perbandingan nilai mata uangan antara negara yang satu dengan lainnya. Berdasarkan definisinya sebagai pembanding, maka nilai mata uang negara ini memiliki harga yang berbeda-beda dan dapat berubah setiap waktu karena berbagai faktor baik faktor dari dalam negara itu sendiri, maupun faktor dari luar.
Selain Kurs, di dalam ekonomi internasional juga dikenal istilah valuta asing, yakni alat tukar atau mata uang di dalam perdagangan internasional. Mata uang asing harus memenyhi beberapa syarat agar dapat menjaid valas atau valuta asing, diantaranya adalah mata uang tersebut termasuk dalam mata uang hard currency, dimana mata uang terbeut memiliki nilai tukar yang kuat daripada mata uang lainnya. Contohnya adalah Dollar US (USD), Euro (EUR), Poundsterling (GBF) dll. Rupiah (IDR) sendiri sebagai nilai mata uang Indonesia masih termasuk ke dalam soft currency karena niai tukarnya lemah dibandingkan negara lain.
Lalu adakah sistem yang dapat menjelaskan keterkaitan antara keduanya?
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya terkait definisi dari kurs dan valuta asing, maka definisi dari kurs valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang domestik suatu negara dengan mata uang negara lainnya dalam perdagangan internasional. Ada beberapa sistem kurs valuta asing yang penting  dalam  sistem moneter internasional. Diantaranya adalah sistem kurs bebas (floating), sistem ini tidak mengikutsertakan pemerintah dalam menentukan kurs mata uang yang ditukarkan melainkan dilihat berdasarkan jumlah penawaran dan permintaan.
Sistem valuta asing yang kedua adalah sistem kurs tetap, dalam sistem ini, penukaran valuta asing masih melibatkan serta bergantung pada pemerintah yang artinya berkebalikan dengan sistem kurs bebas.
Sistem valuta asing ketiga adalah sistem kurs terkendali (terkontrol), sistem ini memadukan antara dua sistem yang ada sebelumnya yakni kurs bebas dan kurs tetap. Artinya, sistem ini melibatkan bank sentral negara dan meski dalam penukarannya mengalami fluktuasi yang turun naik secara bebas, tetapi pergerakannya dapat dikontrol agar tidak berubah drastis.
Setelah mengetahui definisi dari berbagai istilah yang ada dalam sistem moneter internasional khususnya kurs valuta asing, bagaimana kemudian kurs valuta asing yang ada di Indonesia?
Kurs valuta asing mengalami pergerakan atau fluktuasi setiap waktu, bisa semakin menguat atau melemah, bagi negara Indonesia sebagai negara dengan Soft currency atau negara dengan nilai tukar yang rendah akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah (IDR) terhadap mata uang asing.
Contohnya Dollar US sebagai Valuta asing. Fluktuasi yang menurun pada nilai rupiah terhadap Dollar US akan berdampak negatif pada perekonomian Indonesia di beberapa fundamental ekonomi. Diantaranya adalah Keterkaitan antara nilai tukar rupiah dengan neraca perdagangan, yang mana penurunan nilai tukar rupiah yang drastis akan menyebabkan negara mengalami defisit, seperti yang terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Setidaknya Indonesia mengalami defisit sekitar US$ 8,57 Miliar dan US$ 3.2 Miliar. Penyebabnya adalah lambannya pertumbuhan ekspor dibanding dengan pertumbuhan impor.