Mohon tunggu...
Nadya Pramudiana Fariza
Nadya Pramudiana Fariza Mohon Tunggu... Lainnya - Let's raise your dreams

Mahasiswi S1 Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Usaha Rongsokan dan Dampaknya bagi Lingkungan Sekitarnya

1 Mei 2020   13:32 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:16 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka barang bekas yang dijual di pasar loak IJ Hallen, Amsterdam, Belanda, Sabtu (19/5/2018). IJ Hallen adalah pasar loak terbesar dan paling unik di Eropa yang berlangsung sebulan sekali, menyediakan hampir semua kebutuhan seperti pakaian bekas, peralatan rumah tangga, barang antik, persediaan dapur, hingga barang langka yang tidak terduga dan sudah tidak ada di pasaran.(ANTARA FOTO/HERMANUS PRIHATNA via KOMPAS.com))

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia selain meningkatkan perekonomian juga berdampak pada meningkatnya sampah sangat beragam sekali jenisnya. Mulai dari sampah industri, sampah rumah tangga, dan lain sebagainya. 

Di Indonesia sendiri sampah seakan menjadi pemandangan yang "lumrah" dijumpai di berbagai sudut kota, pasar, atau tempat-tempat keramaian. Padahal dinas kebersihan terkait telah memberikan tempat pembuangan sampah sendiri, selain itu berbagai himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya juga telah banyak ditemui.

Sampah plastik menjadi salah satu perhatian. Sebab sampah jenis ini banyak digunakan sebagai wadah atau bungkus makanan, bahan utama barang-barang rumah tangga, dan lain sebagainya. Meskipun tidak memiliki bobot seberat sampah jenis lainnya, namun justru sampah plastik sangat sulit untuk terurai keseluruhan. 

Butuh waktu beratus-ratus tahun untuk menguraikannya. Seringkali untuk membersihkannya masyarakat memilih untuk membakar, membuangnya di sungai atau menimbunnya dalam tanah. Hal ini tentu saja bisa menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran tanah, air dan udara. 

Dampak dari pembuangan sampah plastik yang tidak tepat ini bisa berimbas baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsungnya antara lain penyumbatan aliran air, tercemarnya sumber air, dan lain sebagainya. Untuk dampak tidak langsungnya sendiri yaitu penyakit yang bisa mengintai siapa saja.

Beberapa daerah di Jawa Timur,khususnya Mojokerto dan Jombang sampah plastik ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai usaha sampah plastik atau yang dikenal dengan rongsokan. 

Usaha ini cukup banyak diminati oleh masyarakat pedesaan. Tidak hanya sampah plastik saja yang bisa dijual kembali, namun ada pula sampah besi,tembaga,buku, kardus, kaleng bekas, dan lain sebagainya. Adanya usaha rongsokan ini dinilai sangat membantu pengolahan kembali sampah yang ada di masyarakat. 

Sehingga lingkungan bisa sedikit terbebas dari sampah. Ekonomi masyarakat yang didaerah yang banyak terdapat usaha rongsokan juga meningkat, karena selain menjadi pengusaha rongsokan, tidak sedikit pula yang menjadi buruh untuk mensortir rongsokan yang ada. 

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengusaha rongsokan di Dusun Kalitangi, Desa Watesumpak,Trowulan, Mojokerto, pendapatan rata-rata yang diperoleh oleh para pengusaha rongsokan yaitu antara Rp 3.000.000 - Rp 4.000.000 setiap bulannya. Akan tetapi, apabila harga rongsokan mengalami penurunan makan mereka hanya bisa memperoleh pendapatan Rp 2000.000 - Rp 2.500.000 setiap bulannya.

Harga jual rongsokan plastik rata-rata Rp 6.000- Rp 7.200 per kilogramnya, sedangkan rongsokan kardus dan buku-buku berkisar antara Rp 5.000- Rp 6.000 per kilogramnya. Rongsokan yang harganya cukup mahal adalah besi, yaitu berkisar Rp 8.000 - Rp 9.000 perkilogramnya. Untuk rongsokan besi sendiri, dibedakan berdasarkan beberapa kategori dari jenis,usia dan bahan campurannya.

Pengusaha rongsokan memperoleh rongsokan ini dari orang-orang yang berkeliling desa untuk membeli barang bekas yang dimiliki oleh masyarakat desa, dan ada pula orang-orang yang berkeliling untuk mencari di tempat sampah atau lingkungan sekitar pemukiman masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun