Mohon tunggu...
Nadya Novitasari
Nadya Novitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jember

Membuat artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Barang Bekas sebagai Media Pembuatan Tepung Gaplek

4 Maret 2024   20:57 Diperbarui: 4 Maret 2024   20:58 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN TEPUNG GAPLEK

 

Bapak Muhammad Holil atau yang lebih akrab disapa dengan Pak Mad merupakan pelaku UMKM tepung gaplek yang telah berjalan selama kurang lebih 2 tahun di Dusun Sumberbulus, Desa Darungan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember dengan alat pemrosesan yang beliau rancang sendiri. Tepung gaplek merupakan tepung yang diperoleh dari singkong yang diproses dengan cara fermentasi menggunakan teknik chipping dengan tujuan untuk mempercepat pengeringan. Barang bekas yang digunakan berupa dinamo pompa air sebagai penggerak dan piringan cakram motor sebagai mata pisau. Alasan beliau merancang alat pemrosesan tepung gaplek sendiri tidak lain karena harga alat untuk menghasilkan tepung tersebut cukup mahal dengan kisaran harga 6 sampai 10 juta. Harga ini dirasa cukup mencekik kantong modal beliau yang juga saat itu baru merintis usahanya. Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang beliau merancang alat produksi tepung gaplek sendiri yang ternyata hanya membutuhkan beberapa barang bekas yang dimilikinya. Bahkan, perbandingan harga untuk alat pemrosesan tersebut cukup jauh, yaitu 1:5 dengan harga pasaran, sehingga beliau dapat mengalokasikan dana untuk kebutuhan lain.

 

Pak Mad sendiri merupakan masyarakat biasa tanpa latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan penciptaan mesin. Beliau berhasil merancang alat produksi tersebut hanya dengan melihat tutorial dari YouTube maupun belajar dari website tertentu. "Saya itu awalnya supir dari pabrik kerupuk yang sampai Flores. Terus waktu itu ditanya sama bos saya, bisa apa engga bikin kayak gini? Ya saya nanya gimana caranya, terus saya dikasih tahu cara-caranya tapi saya ragu soalnya masih belum ada modal. Terus akhirnya dikasih modal, terus saya pulang nyari singkong, kebetulan ada tetangga yang punya lahan singkong, jadi saya beli itu saya coba, waktu itu ya sempat gagal juga, ya pernah juga warna tepungnya itu jadi kuning, padahal seharusnya putih. Terus saya coba lagi, bisa. Nah saya itu juga sebenarnya buka lapangan kerja buat tetangga sekitar ini, jadi mereka juga bisa punya penghasilan disini, Mbak. Saya itu bikin alat juga gak di semua prosesnya biar tetangga juga masih bisa kerja dan dapat penghasilan dari usaha ini."

 

Seperti diketahui, pada awal tahun 2024 ini, Universitas Muhammadiyah Jember menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) gelombang pertama yang diikuti oleh kurang lebih 500 mahasiswa, dimana lokasi penyelenggaraan KKN tersebut tersebar di beberapa desa yang ada di Kabupaten Jember, salah satunya Desa Darungan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Selanjutnya mahasiswa juga melakukan program kerja utama dari kampus yang salah satunya ada program untuk UMKM membantu dalam proses NIB dan sertifikat halal yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha di Desa Darungan. UMKM tepung gaplek yang digagas oleh Pak Muhammad Holil ini menjadi salah satu sasaran kelompok 16 untuk menjalankan program kerja wajib ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun