Aku tahu ada banyak kata yang tanak di periukmu
Syair yang menyihir, puisi yang kaya arti
Wangi lembut menggugah
Seperti nasi berkebul di pagi hari cerah
Siap mengeyangkan lapar dahaga makna
Tetapi aku juga tahu
Ada yang lisut dari pikiranmu
Dari jalan rabun pandanganmu nan lelah
Yang mengaburkan hari-hari nyata di setiap hela nafasmu yang melemah
Kita pada bahtera yang tak beda
Dengan nahkoda yang sama yang tak kau iya sebegitu kerasnya
Serta pada tujuan akhir yang untukmu entah
Mendekap peta perjalanan prasangka yang begitu kau sembah
Aku sudah selesai bung
Kapan pun waktuku pulang tak lagi ada beban
Di sini di tanah-airku atau pun di sana di negeri berantah
Kembaliku tetap Kepada Yang Sama
Tanah ini sudah terbebas dari cengkeraman masa-lalu
Cukup kita tanami bibit masa-depan untuk anak-cucu
Tapi kau masih ingin berperang dengan musuh semu
Gugusan fatamorgana dan mimpi burukmu
Aku tahu ada banyak kata yang begitu mewah di gudang hartamu
Begitu emas berkilauan dalam makna
Penuh gelora kau pahatkan menjadi perhiasan tak ternilai rupiah
Tetapi dengan kebencian buta, engkau mau kemana?
(Banyuwangi, Senin 3 Agustus 2020, Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H