Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Debar

29 Februari 2020   23:55 Diperbarui: 1 Maret 2020   00:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Unsplash.com/Sean Witzke)


benar,
telah berjuta debar pernah terlantar
untuk apa malam ini ada gusar?
bukankah telah tak terhitung malam merayu sekaligus mengkhianatimu?!
kukira engkau telah belajar

bukan,
bila mungkin iya
pintu-pintu mengunci jendela-jendela merapat pekat
tapi hatimu menghangat
tak sanggup kau cegat

harusnya kau lupa untuk meluka
seperti beningmu yang terkoyak debu
adakah cermin yang merekatkan dalam remuk cintamu?

debar,
malam ini angin terjepit
berderit dalam dingin

ke mana kau usir jera,
untuk kau menyusur asa?


atau,
hanya bebal-sebal yang terus berdenyar
bergetar menjalar menular di sekujur nalar

debar,

kau bunuh sadar!

(Denpasar-Bali, Jum'at 21 November 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun