Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelehan-lelehan Rindu

29 Februari 2020   13:30 Diperbarui: 29 Februari 2020   21:37 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


hujan membasuhku dengan rindu
basah semua irama luruh
selain nada rindu canggung mendayu

meretas harapan di penghujung jalan
antara nalar dan khayalan berpendar
bembiusku bagai candu
menanarkan tatapku kian sendu

membalas semua penantian
yang kutebar di sepanjang malam
tempat di mana gemintang dan rembulan hati timbul tenggelam
terjepit di ketiak langit hitam
sesekali menyembul mengintip
manjanya tertuang dalam genitnya kedip

lelehan rindu
lelehan-lelehan cumbu
kian meluap bersiap menenggelamkan bidukku
dayung-dayungku terseret arus
yang tak kusadari telah menelusup
perahu hidupku nyaris tertelungkup

lelehan rindu tertumbuk rindu
lelehan-lelehan madu melegit di lidah ngilu

duhai
bilakah hujan cinta ini reda?
agar mengijinkan nafasku reba

(Denpasar-Bali, Rabo 17 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun