Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita dalam Kisah

29 Februari 2020   11:13 Diperbarui: 29 Februari 2020   11:16 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: unsplash.com/Etienne Boulanger)

kita dalam kisah
gambar cerita perjalanan kita
ketika kau datang di pintu kehidupanku
laiknya oase dalam gersang padang pasirku
dahaga telah ku tuntaskan di kesejukanmu
ada hutang yang tak terbayar
biarlah berakar

kita dalam kisah
panggung sandiwara tergelar
di tengah hiruk-pikuknya kekecewaan
bersorak sorai dengan air mata
tak henti berderai luka

tubuh-tubuh cinta telah masai
menanti matahari yang akan mengurai
dirimu meringkuk di pojok pelik
menyesali buah yang kau petik
yang ternyata penuh getah karena masih sangat mentah

kita dalam kisah
masih dalam sebuah kisah
yang teradaptasi dari sekobokan nyalang nyata
yang tuang seenaknya
yang lempar semaumu semuanya
menjadi selembar mimpi
sebuah maya

(Denpasar-Bali, Rabo 17 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun