Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mata

23 Januari 2020   13:15 Diperbarui: 23 Januari 2020   13:17 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/fotoblur)

jendela-jendela
tempatku melongok dunia
membaca sekeliling yang ada

pintu-pintu
tempatku keluar sebagai jiwa
dari penjara diri
membaur gauli dunia mencecap saripati
tempatku melompat sebagai batin
dari kerangkeng raga
untuk terlempar babak-belur berdarah-darah

terik siang
dengan matahari yang berpijar bertengger di sana

langit malam
bersama sinar rembulan dan gemintangnya
terlelap di sana

riak ombak dan gelombang samudera
tersimpan di sana

cinta dengan ribuan bahasanya
terungkap di sana

terutama,
airmata
bersumber daripadanya

(Banyuwangi, Senin 22 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun