Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelah Letihku

25 Desember 2019   14:00 Diperbarui: 25 Desember 2019   14:24 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Michael and Inessa Gamarsh Art/pinterest.com/nadooshka1)

ingin kulukis wajah kerinduan
di kelamnya langit sore ini
tapi kuas kehidupan telah hilang
tak tertemukan dalam pencarian diri

ingin kumuntahkan semua kata
di keheningan yang makin menyayat
tapi mulut terkatup kelu jengah
lidahku tiba-tiba bisu oleh dingin yang menyengat

ingin kutuliskan segala bebanku
lelah-letihku yang bertumpuk-tumpuk
tapi buku kehidupan telah penuh goresan paku
dari tulisan-tulisan alam yang lapuk

pada derasnya anak-anak sungai
tak pernah kulihat lelah-letih tergambar di wajahnya
untuk terus mencari Ibu sang muara
bertemu, menyatu, menyusu dalam damai

ingin kunyanyikan bait lara hati
di tengah gelegar petir yang pecahkan genderang
tapi gendang telinga dunia telah perih
pecah oleh berbagai macam bebunyian

lalu
aku harus kemana?
lalu
aku harus bagaimana?

membawa lelah-letihku yang tak terlukiskan
membawa lelah-letihku yang tak termuntahkan
membawa lelah-letihku yang tak tertuliskan
membawa lelah-letihku yang tak termuarakan
membawa lelah-letihku yang tak tertuangkan dalam nyanyian
membawa dan membawa
tanpa teralamatkan

dalam putusnya segala asa
dalam luruhnya semua daya
masih lelah-letih yang terus mendera
dalam ruang tak bertuan
kucoba mengetuk pintu hati Kehidupan

(dengan sisa-sisa kekuatan)
(dengan nafas yang tinggal satu kali hembusan)

terengah memanggulkan

(Denpasar-Bali, Kamis 25 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun