Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Surat Terakhir

20 Desember 2019   13:00 Diperbarui: 20 Desember 2019   13:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: hipwee.com; 14/10/2014)

jangan mengenangku
walau senja ini harum
memaku penciumanmu
karena aku hanya pemimpi yang murung
dan impianmu yang penuh mendung

jangan mendambakanku
walau malam dingin
karena aku hanya angin
yang hinggap di jendela kamarmu
dengan ringkih menjamah wajah kaku

nikmatilah masalalu
seperti menatap fatamorgana
yang melayang tak hinggap ke mana
akan segera berlalu menutup buku
diterbangkan masa di lentik jari-jari sejarah

kau tak akan mampu menyentuh
karena aku hanya bayanganmu
yang sirna dalam gelap
yang menantang tanpa sikap

ini,
surat terakhir
dariku
yang berada dalam dirimu
utuh
mendamba sentuh

(Denpasar-Bali, Jum'at 12 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun