Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Doa Berkabung

16 Desember 2019   08:15 Diperbarui: 23 Desember 2019   16:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: "The Funeral" (L'Enterrement) karya Edouard Manet, Metropolitan Museum of Art NY (sumber: wikipedia.org)

do'a berkabung menyusuri telinga
pendengaranku yang tuli kembali menganga
satu-persatu hati terharu
penuh rasa lebam membiru

Rindu punya kuasa
Dia berencana
menyutradarai panggung sandiwara dunia
segala bisa
upaya hati menebus dosa

dalam hening terasa berpadu
gemerincing tangispun kini mendayu
do'a berkabung
terus bergaung bercampur tangis dan raung

do'a berkabung
dalam wajah-wajah sembab yang bingung
dalam isak-isak yang linglung
bunga-bunga berkalung-kalung

lalu

kucari kepingan-kepingan hati
yang tercecer di pemakaman
ternyata semuanya telah lama mati
dari sebelum aku pergi meninggalkan hari ini

do'a berkabung
Rindu bersenandung

(Denpasar-Bali, Jum'at 12 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun