Mohon tunggu...
nadyalaylatul
nadyalaylatul Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa

Medicine

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Pengaruh pelayanan kesehatan pada kasus preeklampsia di rsud soetomo surabaya

17 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   08:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

PENGARUH PELAYANAN KESEHATAN PADA KASUS PREEKLAMPSIA DI RSUD SOETOMO SURABAYA

Tingkat kematian ibu menjadi salah satu tolok ukur utama untuk menilai kualitas layanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu yang tinggi menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di negara tersebut dan berfungsi sebagai indikator keberhasilan program kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015, tingkat kematian ibu di negara berkembang mencapai 239 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di negara maju hanya sebesar 12 per 100.000 kelahiran hidup. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu menurunkan angka kematian ibu global menjadi di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Desetyaputra dkk, 2021).
Di Indonesia, tingkat kematian ibu pada tahun 2015 tercatat sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, dengan angka 89,81 per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Timur pada tahun 2019, dan 72,99 per 100.000 kelahiran hidup di Surabaya pada tahun 2018. Di Jawa Timur, pada tahun 2019 terdapat 520 kasus kematian ibu dari 566.300 kelahiran hidup. Pada tahun 2021 tercatat enam dari 123 kasus kematian ibu disebabkan oleh hipertensi, termasuk preeklampsia selama kehamilan. Sementara itu, di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya, jumlah kasus preeklampsia pada ibu yang dirawat di ruang kebidanan terbilang tinggi, dengan total 1.180 pasien tercatat selama periode 2019--2021. Rata-rata, terdapat sekitar 393 kasus preeklampsia setiap tahunnya selama periode tersebut. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018, di mana tercatat sebanyak 291 pasien preeklampsia (Dewi dkk, 2024).
Preeklampsia, sebagai salah satu penyebab utama kematian ibu, memerlukan perhatian khusus. Sebanyak 90% kasus kematian ibu digolongkan sebagai kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan melalui penyediaan layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat. Preeklampsia memiliki peluang yang setara dalam menyebabkan mortalitas, tergantung pada seberapa cepat dan tepat penanganan diberikan saat gejala preeklampsia terdeteksi. Jika seorang ibu hamil mengalami preeklampsia tetapi tidak segera mendapatkan penanganan yang memadai, kondisi tersebut dapat memburuk, meningkatkan tingkat keparahan, risiko komplikasi, bahkan kematian ibu. Sebaliknya, ibu hamil dengan preeklampsia berat yang menerima penanganan dini memiliki peluang besar untuk memperbaiki kondisinya, sehingga risiko morbiditas maupun mortalitas dapat diminimalkan.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu antara lain faktor manajemen organisasi, tenaga medis, peralatan, bahan, dan bangsal, lingkungan, serta faktor hambatan keluarga. Faktor manajemen organisasi, faktor yang paling banyak menyebabkan kematian ibu adalah sistem pembagian informasi yang kurang baik di rumah sakit yang merujuk, yaitu sebanyak 17 kasus (27,4%).  Faktor tenaga medis, kematian ibu paling banyak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan selama perawatan antenatal, sebanyak 42 kasus (44,2%). Faktor peralatan, bahan, dan bangsal, penyebab terbanyak adalah tidak tersedianya bangsal, sebanyak 5 kasus (55,6%). Faktor hambatan keluarga, sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh keluarga yang tidak memahami kondisi kegawatdaruratan pasien, yaitu sebanyak 52 kasus (67,5%) (Desetyaputra dkk, 2021).
Pelayanan kehamilan, termasuk kunjungan Antenatal Care (ANC), memainkan peran penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan. Pemeriksaan ANC yang rutin dapat membantu mendeteksi preeklampsia secara dini, mencegah komplikasi serius, serta mempercepat proses rujukan jika diperlukan. Frekuensi ANC yang sesuai meningkatkan kemungkinan diagnosis dini, memungkinkan penanganan tepat waktu dan pemantauan intensif, yang secara langsung berdampak positif pada penanganan kasus preeklampsia di RSUD Dr. Soetomo dan hasil kehamilannya (Ijomone dkk, 2019).
Kualitas layanan Antenatal Care (ANC) memiliki dampak signifikan terhadap morbiditas pada pasien dengan preeklampsia di RSUD Dr. Soetomo. Selain itu, beberapa faktor risiko seperti indeks massa tubuh (BMI), paritas, tingkat pendidikan, dan jenis preeklampsia juga memiliki hubungan dengan morbiditas akibat preeklampsia. Namun, faktor lain seperti usia, jenis pekerjaan, kadar proteinuria, dan frekuensi kunjungan ANC tidak menunjukkan kaitan yang signifikan dengan mortalitas akibat preeklampsia. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia secara dini melalui pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan di RSUD Dr. Soetomo. Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya ANC, sangat penting untuk memastikan penanganan yang tepat dan mengurangi risiko mortalitas pada ibu hamil dengan preeklampsia di RSUD Dr. Soetomo  (Dewi dkk, 2024).
Daftar Pustaka
Dewi, B. B. C., Sa'adi, A., & Andriyanti, A. (2024). Analisis Mutu Antenatal Care (ANC) dan Faktor Risiko terhadap Morbiditas dan Mortalitas Preeklampsia di RSUD dr. Soetomo. Jurnal Sehat Mandiri, 19(2), 146-159.
Desetyaputra, D. R., Budi Prasetyo, B., & Damayanti, H. E. (2021). Root cause analysis of maternal deaths at Dr. Soetomo General Academic Hospital Surabaya, Indonesia in 2019. Bali Medical Journal, 10(3).
Ijomone, O. K., Shallie, P. D., & Naicker, T. (2019). N-nitro-l-arginine methyl model of pre-eclampsia elicits differential IBA1 and EAAT1 expressions in brain. Journal of chemical neuroanatomy, 100, 101660.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun