Mohon tunggu...
Nadya Khairunnisa Purwana
Nadya Khairunnisa Purwana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menimbang Beban Kurikulum PPKn: Tantangan dan Solusi untuk Siswa

22 Desember 2024   13:42 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:40 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[Bandung, 16 Desember 2023] -- Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kesadaran berbangsa bagi generasi muda. Namun, belakangan ini, banyak pihak mengeluh bahwa kurikulum PPKn yang ada saat ini dianggap terlalu berat dan kompleks, sehingga dapat membebani siswa. 

Berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami materi PPKn yang mencakup berbagai aspek, mulai dari sejarah, nilai-nilai Pancasila, hingga hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini diperparah dengan tuntutan untuk menguasai berbagai kompetensi yang diharapkan, seperti kemampuan analisis, kritis, dan aplikatif terhadap isu-isu kebangsaan.  

Seorang guru PPKn di Jakarta, Ibu Siti, mengungkapkan, "Banyak siswa yang merasa tertekan dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Mereka sering kali merasa tidak mampu untuk memahami semua konsep yang diajarkan, terutama ketika harus mengaitkan teori dengan praktik di kehidupan sehari-hari". 

Tantangan ini tidak hanya dirasakan oleh siswa, tetapi juga oleh para pendidik. Banyak guru yang merasa kesulitan dalam menyampaikan materi yang kompleks dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Hal ini dapat berdampak pada kualitas pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar.

Solusi untuk mengurangi beban kurikulum PPKn yaitu, yang pertama perlu adanya evaluasi terhadap kurikulum PPKn agar lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Materi yang dianggap terlalu berat dapat disederhanakan tanpa mengurangi esensi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan. 

Lalu yang kedua, pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan kontekstual dapat diterapkan. Misalnya, menggunakan metode diskusi, simulasi, dan proyek kolaboratif yang melibatkan siswa dalam pengalaman nyata. Dengan cara ini, siswa dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun