Mohon tunggu...
NADYA FITRI FIRDAUS
NADYA FITRI FIRDAUS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang memiliki hobi membaca, menulis, menganalisis masalah, serta mengutarakan opini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Spiritual Refresh dalam Islam

25 Desember 2022   13:15 Diperbarui: 25 Desember 2022   13:30 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh :
Nadya Fitri Firdaus

Dalam agama Islam tentunya seorang muslim memiliki kisah/perjalanan spiritualnya dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hal tersebut menyangkut dengan kondisi kejiwaan seorang muslim tersebut. Biasanya kejiwaan seseorang akan mempengaruhi dan mensugesti fisiknya dalam beramal. Maka benarlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam yang berbunyi: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka hal ini tentu penting untuk diperhatikan bagi setiap muslim dalam mewujudkan dan meningkatkan kondisi spiritual guna menjalani kehidupan yang lebih baik bagi kedepannya.

Kondisi spiritual seorang muslim dapat bervariasi tergantung dengan amalan/perbuatan yang menyertainya. Hal ini ada hubungannya dengan kualitas keimanan seseorang, karena ia bersifat ruhiyyah. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa kondisi keimanan seseorang dapat mengalami kenaikan dan dapat mengalami penurunan, ia dapat bertambah dan dapat berkurang. Kadangkala iman akan terasa naik ketika seorang hamba dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Biasanya dalam kondisi ini kualitas seorang muslim dalam beribadah akan bertambah karena ada rasa untuk selalu ber-taqarrub kepada-Nya dengan senantiasa berdzikir sepanjang harinya. Namun dalam satu waktu, keimanan terasa menurun atau bahkan berkurang karena ia jauh dari mengingat Allah dalam menjalankan aktifitasnya. Tentunya hal ini berpengaruh pula pada kualitas ibadahnya. Lalu apa solusi yang tepat untuk memulihkan kembali atau me-refresh kondisi spiritual seorang muslim?


Dalam implementasinya, kondisi spiritual yang menurun dapat digugah kembali dengan memperbaiki ruhiyyah dalam diri. Seperti halnya Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan juga para sahabat yang menjadikan shalat sebagai rehatnya. Jika tidur berguna untuk merehatkan fisik, maka shalat adalah rehat jasmaninya.  Hal ini karena shalat yang dilakukan dengan benar dan khusyu’ memiliki manfaat dalam memperbaiki kondisi spiritual seseorang. Maka shalat termasuk spiritual refresh yang ampuh bagi umat muslim dalam menyegarkan kembali imannya guna mendapatkan kualitas ibadah yang lebih baik.

Di samping itu, kondisi spiritual juga dapat dipulihkan adalah dengan memperdalam ilmu keagamaan. Dengan mendalami ilmu keagamaan, tentunya akan menambah wawasan serta edukasi untuk memperbaiki kualitas keimanan. Pada masa digital seperti sekarang ini, jarak dan tempat bukanlah hambatan bagi seorang muslim dalam menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Hal ini karena ilmu agama dapat dengan mudah diakses melalui media sosial. Namun diperlukan tabayyun dan semangat yang tinggi dalam mencari kebenarannya, karena sebagai seorang muslim yang ber-intelektual harus berpikir sumbu panjang dalam menuntut ilmu sehingga tidak mudah terprovokasi dan mengikuti ajaran keilmuan yang sesat. Oleh karena itu, tentu penting adanya edukasi keagamaan yang memadai sebagai modal utama dalam me-refresh spiritual seorang muslim.

Dalam mendapatkan hasil yang maksimal, jiwa harus dalam keadaan bersih. Hal ini dapat diterapkan dengan bermuhasabah atau mengintrospeksi diri sendiri. Muhasabah dilakukan dengan mengevaluasi diri soal niat, amalan dan juga dosa. Pentingnya muhasabah dalam dalam me-refresh spiritual tertuang dalam salah satu riwayat hadits, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.” (HR. Imam Tirmidzi). Selain itu, Umar bin Khattab pernah menganjurkan umat Islam untuk bermuhasabah diri sebelum hari penghisaban tiba. Ia berkata: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia”. Berdasarkan penjelasan di atas, muhasabah ternyata memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan kekuatan spiritual seorang muslim dalam pemenuhan kualitas ibadah.

Di sisi lain, dalam mengembalikan kondisi spiritual seorang muslim dibutuhkan pula kondisi lingkungan sosial yang sehat. Hal ini perlu diperhatikan guna memudahkan dalam memfokuskan kembali pikiran untuk memperbaiki kualitas ibadah, serta mengantisipasi adanya gangguan dan hambatan dalam masa pemulihan iman. Namun apabila terjebak dalam kondisi sosial yang kurang sehat, maka diperlukan usaha serta tekad yang kuat untuk meninggalkannya dan tidak mengikuti hal-hal buruk yang ada di sekitarnya. Maka dari itu,  hendaknya mencari lingkungan sosial yang sehat seperti berkumpul dengan orang sholeh, menghadiri majelis ta’lim, menuntut ilmu, dan lain sebagainya yang dapat membantunya dalam memperbaiki kondisi spiritualnya.

Dengan demikian, penting bagi seorang muslim untuk berusaha dalam meningkatkan keimanannya yang menurun dengan melakukan spiritual refresh guna menaikkan kualitas ibadah kepada Allah sehingga berpotensi meraih pahala yang sempurna di akhirat kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun