Mohon tunggu...
Nadya firdausy
Nadya firdausy Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Mahasiswi IAIN Jember prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pengemar novel terutama tere liye dan suka berlibur ke pantai, memiliki prinsip “All that gliter can’t always be gold” Sesungguhnya Allah bersama hambanya yang sabar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rekonstruksionisme dan Tokoh

15 Mei 2020   20:25 Diperbarui: 15 Mei 2020   20:42 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aliran rekonstruksionisme muncul dengan dasar anggapan bahwa kaum progresif memikirkan diri dengan suatu masalah dalam masyarakat yang ada saat ini. Aliran filsafat ini merupakan aliran yang berkeinginan untuk merubah susunan lama menjadi sebuah susunan yang baru dengan bercorak modern.

Dalam pendidikan rekontruksionisme bercita cita untuk membangun kemampuan anak didik supaya bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan dalam masyarakat yang menjadi dampak ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus maju sehingga anak didik tetap berada pada kondisi dan suasana yang bebas dan tidak menjadikannya tertekan.

Adapun tujuan pendidikan rekonstruksionisme yaitu mendorong kesadaran pada peserta didik dalam permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang terus dihadapi oleh manusia.

Serta memberi pengajaran pada peserta didik keterampilan yang dibutuhkan dan penting untuk mengatasi masalah sosial tersebut. Tugas sekolah yaitu membentuk dan mengembangkan seorang pemikir sosial atau masyarakat yang memiliki tujuan merubah tatanan wajah kehidupan masyarakat masa kini.

Adapun tokoh dalam aliran ini yaitu :

Caroline pratt : menurutnya nilai terbesar suatu lembaga (sekolah) yaitu dengan menghasilkan peserta didik yang berfikir secara efektif dan  dapat menjadikan dunia menjadi lebih baik.

George Count : ia sebagai pendiri aliran filsafat ini pada tahun 1930 dan ia memiliki suatu keinginan yaitu membentuk masyarakat yang adil.

Paulo Freire : menurutnya unsur dalam pendidikan ada tiga yaitu kesadaran magis, naif dan kesadaran kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun