Sekarang ini kita hidup pada masa modernisasi dan globalisasi. Hampir setiap hari kita berkutat pada masalah-masalah yang memiliki kompleksitas tinggi. Kesibukan seringkali membuat kita jengah dan bahkan 'hilang kewarasan'. Padahal bekal utama bertahan pada titik-titik kritis kehidupan ada di dalam kepala kita sendiri. Pikiran kita masing-masing. Â
Proses mental yang dapat dikendalikan oleh manusia dinamakan pikiran sadar. Pikiran sadar bekerja secara analitis. Setiap informasi yang masuk lewat indera akan diidentifikasi.Â
Selanjutnya, informasi yang masuk akan dibandingkan dengan data-base (referensi, pengalaman, dan segala informasi yang lain) yang berada di bawah sadar. Selanjutnya terjadi proses analisa dan memutuskan. (Gunawan,2012) Proses analitis tersebut, membuat pikiran sadar lebih lamban. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah proses mental yang sulit kita sadari.Â
Pikiran bawah sadar bekerja  secara intuitif. Setiap masukan dicermati secara paralel, termasuk hal-hal yang belum kita proses secara mendalam. Sistem menganalisa seluruh masukan bahkan sebelum mengidentifikasi hal-hal yang relevan. (Goleman, 2015) Sehingga, proses yang dilakukan berjalan lebih cepat karena setiap informasi atau masukan tidak diproses lebih mendalam.
Pikiran dan fisik merupakan suatu kesatuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling terkait dan mempengaruhi. Keterhubungan ini telah diteliti oleh para ahli. Contohnya, ketika kita memikirkan hal-hal buruk sehingga menimbulkan rasa gugup, badan kita akan berkeringat dan perut akan terasa sakit.Â
Hal ini terjadi karena pikiran mampu memproduksi emosi-emosi tertentu yang dapat melepaskan hormon tertentu dalam tubuh. (Gunawan, 2012) Ketika hormon-hormon tersebut dikeluarkan secara tidak seimbang, maka akan memunculkan penyakit-penyakit fisik. Â Â Â
Pikiran dan jiwa juga saling berkaitan. Ketika pikiran diatur untuk memikirkan dan menciptakan emosi yang baik, jiwa kita juga ikut menjadi baik. Dalam hukum pikiran, apapun yang semakin sering dipikirkan, akan menguat.Â
Dengan meningkatkan intensitas pada suatu hal, maka kapasitas dan energi mental yang kita berikan juga akan besar. Selain itu, intensitas emosi yang diberikan juga turut mempengaruhi. (Gunawan, 2012) Begitu juga ketika intensitas emosi baik yang kita keluarkan semakin banyak, program baik dalam jiwa akan menguat.
Berpikir positif memiliki manfaat bagi kesehatan fisik. Dengan berpikir positif, stabilitas tekanan darah akan terjaga. Hal ini karena pikiran yang tenang akan membuat tekanan darah tidak mudah naik secara mendadak. Selain itu, berpikir positif dapat memperkuat metabolisme tubuh. Hal ini karena pikiran baik hanya memproduksi hormon-hormon secara seimbang.
Bagi kesehatan jiwa, berpikir positif juga memberikan manfaat. Dengan berpikir positif, individu dapat menerima dan memperlakukan diri sendiri dengan baik. Hal ini karena setiap permasalahan yang dialami individu, dipandang sebagai pembelajaran bagi dirinya. Bukan hendak menyalahkan dri sendiri. Kepribadian dan karakter-karakter yang baik juga terbentuk dengan berpikir positif.Â
Contohnya, individu menjadi lebih optimis dalam menjalani hidup dan dapat mengatasi masalah dengan baik. Dengan berpikir positif, individu akan lebih jernih ketika menganalisa suatu persoalan sehingga dapat menemukan titik masalahnya.Â