Untuk ruang belajar, seperti ruang diskusi, perpustakaan membatasi waktu penggunaan selama dua jam per sesi agar bisa bergantian dengan pengunjung lain. Tetapi, jika perpustakaan sedang tidak ramai, pengunjung dapat memperpanjang waktu penggunaan.
"Terus untuk ruang belajar, kayak ruang diskusi disitu, peminjamannya, biar bisa bergantian dengan pengunjung lain. Untuk sekali di jam itu kita membataskan waktu 2 jam. Kecuali pengunjungannya lagi tidak ramai. Jadi bisa extend untuk sekali lagi," Jelas Daffa.
Lebih lanjut, Perpustakaan juga menyediakan area khusus untuk anak-anak di lantai 4, dengan akses yang lebih dekat ke loker dan ruang belajar anak-anak.
"Kalau untuk area khusus anak-anak kita aksesnya lewat lantai 4 ya, kalau kita kan ada 2 gate, 2 pintu masuk. Untuk lantai 3 dan lantai 4 nah lantai 3 itu untuk pengunjung dewasa dan senior sedangkan kalau untuk lantai 4 itu untuk anak dan keluarga. Kenapa kita menyarankan anak dan keluarga lewat lantai 4? Karena akses lokernya dengan ruang belajarnya itu lebih dekat. Jadi kalau misalnya ada orang tua yang butuh anaknya menggunakan pampers, mau ambil peralatan anak, itu tidak jauh dari loker dan ketika masuk gate lantai 4 itu sudah ada tempat bermain anak, dan tempat-tempat buku anak," Jelasnya lagi.
Selain menyediakan berbagai fasilitas baca dan ruang belajar, Perpustakaan Jakarta Taman Ismail Marzuki juga memiliki ruangan inklusi yang dikhususkan untuk pengunjung tunanetra. Ruangan lengkap dengan bahan bacaan dalam format audio dan ada 2 petugas khusus yang keduanya juga tunanetra, bertugas mengurus semua kebutuhan di ruangan inklusi tersebut. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola audio dan menyediakan berbagai novel yang telah diaudiokan, sehingga pengunjung tunanetra dapat menikmati bahan bacaan melalui format audio. Selain itu, perpustakaan juga menyediakan kursi roda untuk pengunjung dengan disabilitas fisik.
Untuk meningkatkan kualitas layanan petugas perpustakaan mendapatkan pelatihan khusus dalam berkomunikasi dengan pengunjung disabilitas. Baru-baru ini, para petugas mendapatkan pelatihan service excellent dan pelatihan penanganan tuna wicara, termasuk bahasa isyarat. Selain itu, ada pelatihan rutin setiap bulan untuk menangani pengunjung yang menggunakan kursi roda.
"Kita kemarin baru aja bulan lalu itu kita dapat service excellent dan training untuk penanganan tuna wicara kita juga ada pelatihan bahasa isyarat. Terus kita juga ada pelatihan bagaimana menangani disabilitas yang menggunakan kursi roda. Kita selalu ada pelatihannya di setiap sebulan sekali," Jelasnya Daffa.
Perpustakaan juga memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas layanan. Perpustakaan memiliki mesin self-check yang memungkinkan anggota utama untuk meminjam dan mengembalikan buku tanpa harus berinteraksi langsung dengan petugas. Pengunjung juga dapat meminjam buku secara online melalui website resmi perpustakaan atau Jaklitera. Setelah memesan buku secara online, pengunjung hanya perlu datang ke perpustakaan untuk mengambil buku yang sudah disiapkan.
"Dari kami teknologinya itu kita punya mesin self-check jadi mesin self-check itu kalau misalnya teman-teman ke sini sudah menjadi anggota utama tidak harus ke petugas untuk menjemput bisa langsung pakai mesin self-check itu, juga untuk masuk agar kita mendata ada jumlahnya berapa orang kita harus masuk di scan barcode dulu tapi. Kita juga bisa sekarang pinjam buku lewat online tetapi teman-teman tetap harus ngambil di tempat ketika akses teman-teman lewat website kami namanya Jaklitera, itu kalian sudah jadi anggota utama, kalian sudah bisa pinjam buku mau pinjam lewat online itu nanti bukunya dicarikan. Ketika sudah ada keterangan siap diambil, teman-teman yang datang tinggal ambil bukunya," Ujar mas Daffa seorang petugas perpustakaan.
Pengalaman Pengunjung dan Kesannya