Mohon tunggu...
Nadya Anjani
Nadya Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Menggali Dalam Buku "Catatan Seorang Demonstran" Karya Soe Hoek Gie

17 Desember 2024   07:55 Diperbarui: 17 Desember 2024   07:54 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Catatan Seorang Demonstran" merupakan sebuah buku harian yang dibuat oleh Seo Hoek Gie, seorang aktivis mahasiswa, dan diterbitkan pada tahun 1983. Buku ini merupakan kumpulan esai, renungan, dan catatan pribadi yang mencatat pengalaman Gie sebagai demonstran pada masa gejolak politik Indonesia pada tahun 1990-an. Tulisan Gie dalam "Catatan Seorang Demonstran" menawarkan wawasan mendalam mengenai lanskap sosial-politik Indonesia pada periode tersebut, mengeksplorasi tema-tema seperti demokrasi, hak asasi manusia, keadilan, dan aktivisme. Melalui observasi dan refleksi langsung, Gie menyelidiki tantangan yang dihadapi para aktivis yang berupaya melakukan perubahan sosial dalam lingkungan politik yang represif. Secara keseluruhan, "Catatan Seorang Demonstran" merupakan bukti kuat warisan abadi aktivisme dan upaya mencapai keadilan sosial di Indonesia, sehingga menjadikannya kontribusi yang signifikan terhadap wacana sastra dan sosial-politik negara.

Kepribadian Gie dicirikan oleh dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap aktivisme sosial dan politik. Ia digambarkan sebagai seseorang yang sangat peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dan bersedia terlibat aktif dalam protes, demonstrasi, dan bentuk aktivisme lainnya untuk melakukan perubahan. Semangatnya terhadap keadilan sosial terpancar melalui refleksi dan pengalamannya sebagai demonstran saat terjadi gejolak politik di Indonesia pada tahun 1990an. Di saat yang sama, tulisan Gie juga mengungkap sisi reflektif dan introspektif dari kepribadiannya. Ia terlibat dalam kontemplasi filosofis dan pemeriksaan diri, merenungkan makna hidup, hakikat kebebasan, dan peran individu dalam masyarakat. Kualitas introspektif ini menambah kedalaman karakternya dan menyoroti keingintahuan intelektual dan pencarian spiritualnya.

Salah satu kutipan beliau dari buku tersebut adalah "Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka". Gie berpendapat bahwa dalam situasi apa pun, individu sering kali merasa terdorong untuk menerima status quo secara pasif (apatis) atau menyesuaikan diri dengan ekspektasi dan norma masyarakat (mengikuti arus). Namun, ia menekankan keputusan pribadinya untuk menolak opsi-opsi ini dan sebaliknya memilih kebebasan dan otonomi. Dengan memilih menjadi "manusia bebas", Gie menganjurkan keterlibatan aktif, pemikiran kritis, dan komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip pribadi. Dia mendorong pembaca untuk menolak rasa puas diri dan konformitas, mendesak mereka untuk menegaskan kemandirian mereka dan berjuang untuk keberadaan yang lebih otentik dan bermakna. Secara keseluruhan, kutipan ini merangkum filosofi Gie tentang pemberdayaan individu dan perlawanan terhadap kesesuaian sosial, yang menjadi seruan bagi mereka yang ingin hidup dengan integritas dan otonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun