Mohon tunggu...
Nadya NashwaPutri
Nadya NashwaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Saya adalah mahasiswi gizi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hubungan Kualitas Tidur, Konsumsi Buah dan Sayur, serta Aktifitas Fisik terhadap Tekanan Darah

24 Januari 2024   09:55 Diperbarui: 24 Januari 2024   10:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hipertensi menjadi penyebab munculnya penyakit jantung atau kardiovaskuler yang mengakibatkan kematian sehingga sering disebut sebagai the silent killer. Hipertensi sering terjadi tidak menimbulkan suatu tanda. Tekanan darah yang tidak terkendali akan menyebabkan kapiler darah yang mengalir menuju jantung mengalami kondisi aterosklerosis atau kondisi adanya penumpukan lemak di kapiler darah yang akan mengakibatkan munculnya pembentukan plak. Plak yang terbentuk akan menyebabkan pembuluh darah menjadi kecil atau menyempit dan dapat menimbulkan penyumbatan secara tiba - tiba. Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah menjadi terhambat, sehingga terjadi penurunan asupan oksigen yang masuk dan mengalir menuju ke jantung. Kurangnya volume darah pada jantung akan menyebabkan timbul rasa nyeri pada bagian dada, sesak nafas, irama jantung tidak teratur, pingsan, hingga yang paling parah dapat menimbulkan kematian mendadak. Berdasarkan data dari WHO 2018, setiap tahun terdapat jutaan orang yang meninggal karena terkena hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit yang dapat mengakibatkan kematian yaitu hipertensi.

Digunakan alat tensimeter atau sphygmomanometer sebagai suatu alat untuk menilai kadar tekanan darah seseorang. Alat tersebut mampu mengukur tekanan darah sistolik dan mampu mengukur tekanan darah diastolik pada seseorang. Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah. Orang yang mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari 140 milimeter hydrargyrum atau mmHg serta tekanan darah diastolik diastolik melebihi 90 milimeter hydrargyrum atau mmHg, sehingga orang tersebut didiagnosis mengalami hipertensi. Sedangkan menurut NJC -- VII 2003, seseorang dengan kadar tekanan darah sistolik 140 sampai 159 milimeter hydrargyrum atau mmHg serta kadar tekanan darah diastolik 90 sampai 99 milimeter hydrargyrum atau mmHg mengalami tekanan darah tinggi. Sehingga seseorang yang memiliki kadar 190 / 90 mmHg pada tekanan darahnya maka seseorang tersebut diindikasikan mengalami hipertensi.

Hipertensi dapat diakibatkan karena kurangnya baiknya durasi tidur. Siklus tidur bangun yang kurang seimbang akan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah akibat saraf simpatis yang meningkat sehingga akan merangsang peningkatan hormon kortisol yang menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokontriksi atau edoguard. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Auliani dan Mariefni (2021), diketahui bahwa presentase kualitas tidur dengan kategori buruk yaitu 74% dari total 100 responden. Dimana mayoritas kualitas tidur dengan kategori buruk mempunyai kadar tekanan darah tergolong hipertensi tingkat 1 sebanyak 30%, kategori tekanan darah optimal yaitu 26%, kategori hipertensi derajat II yaitu 11%, kategori tidak hipertensi yaitu 3%, dan kategori tekanan darah normal tinggi 2%. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa lama waktu tidur dengan kadar tekanan darah mempunyai pengaruh yang bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya risiko terjadinya hipertensi dapat diakibatkan karena waktu untuk tidur kurang.

Tidur adalah suatu aktivitas yang melibatkan berbagai sistem tubuh seperti saraf, endokrin, system musculoskeletal, kardiovaskuler, dan respirasi. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh berubahnya fungsi saraf otonom serta kondisi fisiologis yang berubah akibat kondisi tidur. Selama tidur dengan waktu tidur yang cukup selama minimal 8 jam per hari dapat menurunkan tekanan darah relative. Selama terjaga, tekanan darah akan mengalami penurunan sebesar 10 sampai 20% dari tekanan darah normal yang diakibatkan oleh saraf simpatik. Namun sebaliknya, apabila seseorang tidak melakukan tidur yang normal maka kemungkinan besar dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi meningkat sebesar 20%. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi pada penderita insomnia sehingga mengalami kerentanan mengalami hipertensi karena aktivasi sumbu hypothalamic-pituitary-adrenal serta system saraf simpatik. Berdasarkan penelitian Alfi dan Yuliwar (2017), separuh dari responden dalam penelitian ini atau sebanyak 15 orang (50%) mempunyai durasi tidur yang kurang dengan durasi kurang dari 8 jam per hari. Sebanyak 13 orang (43,3%) terdiagnosis penyakit hipertensi kategori sedang yang biasa disebut dengan hipertensi derajat II dengan kualitas tidur kurang, sedangkan penyakit hipertensi derajat III terdiagnosis pada sebanyak dua orang atau 6,7%. lima orang responden atau 16,7%, dimana terdiagnosis hipertensi sedang atau biasa disebut hipertensi tingkat II sebanyak dua orang atau 6,7% dan hipertensi berat atau hipertensi tingkat III terdiagnosis pada tiga orang atau 10%, dengan kualitas tidur yang tidak baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas tidur yang dimiliki oleh seseorang dapat berpengaruh terhadap tekanan darah.

Hipertensi juga disebabkan karena tidak baiknya pola makan misalnya jarang makan sayur dan buah. Konsumsi makanan yang memiliki kandungan serat rendah dengan kualitas tidak baik dapat menimbulkan gangguan proses metabolisme tubuh yang mengakibatkan timbulnya bermacam - macam penyakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sartika dan Herawati tahun 2011, diketahui bahwa pola makan yang kurang baik seperti konsumsi makanan yang rendah serat menjadi penyebab munculnya penyakit degeneratif, misalnya peningkatan kadar tekanan darah. Herdayati dan Yahya juga melakukan penelitian pada tahun 2022, dimana hasilnya juga mengatakan bahwa responden yang kurang asupan buah dan sayur sebanyak kurang dari dua porsi per hari akan berisiko lebih tinggi 2,37 kali lipat untuk mengalami hipertensi jika dibedakan dengan responden yang mengonsumsi buah dan sayur lebih dari 2 porsi per hari. Buah dan sayur ialah makanan yang memiliki kandungan serat tinggi, sehingga dalam mengonsumsinya perlu diperhatikan kecukupannya agar dapat mencukupi kebutuhan serat harian sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi.

Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik akan mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi dari biasanya yang membuat otot jantung bekerja lebih keras dan mengakibatkan tekanan darah menjadi meningkat. Berdasarkan hasil penelitian Rihiantoro dan Widodo (2017), membuktikan bahwa orang yang rajin menjalankan aktivitas fisik seperti berolahraga memiliki faktor risiko 30 -- 50% lebih rendah mengalami hipertensi dibandingkan dengan orang yang jarang melaksanakan aktivitas fisik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik yang kurang maka dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi.

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin mampu menurunkan kadar hipertensi. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik, maka aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Mawakes, Suling, dan Kallo (2020), melakukan penelitian dimana hasil penelitiannya diperoleh bahwa kadar tekanan darah sistolik dapat turun sebesar 10 mmHg serta kadar tekanan darah diastolik dapat turun sebesar 7,5 mmHg apabila melakukan aktivitas secara teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko peningkatan tekanan darah atau hipertensi serta penurunan kadar tekanan darah pada seseorang yang telah mengalami hipertensi dapat diturunkan dengan cara melakukan aktivitas fisik secara rutin dan teratur.

Pola hidup yang sehat dapat diterapkan agar dapat membantu mengurangi kadar tekanan darah. Karena dengan menjalankan gaya hidup yang sehat maka seseorang dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Rutin mengonsumsi buah dan sayur, menerapkan pola tidur yang baik, serta rutin melakukan aktivitas fisik merupakan contoh penerapan gaya hidup sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika, Subakir, dan Marsiyanto (2021), telah membuktikan bahwa dengan menjalani pola hidup yang sehat bisa membantu menurunkan kadar tekanan darah serta memiliki manfaat yang besar dalam menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Sehingga gaya hidup yang sehat perlu diterapkan untuk menghindari diri dari penyakit kardiovaskular.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun