Felise hanya terdiam mendengarnya. Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab. Ia juga tidak ingin menyakiti Josh dengan kata-katanya sendiri.
"Aku.." Josh menatapnya lembut. Rasa sayangnya yang begitu besar ternyata mampu mengalahkan kekecewaan dan luka di hatinya. "Masih, dan akan terus sayang sama kamu. Aku anggap aku nggak pernah tahu soal kamu dan cowok itu."
"Nggak Jos," gadis itu menukas cepat. "Ini kedengeran klise banget, tapi kamu memang terlalu baik buat aku." Rasanya begitu banyak hal yang menyesakkan hatinya---ia sendiri tidak tahu dari mana harus memulai.
"Kamu sangat baik, dan aku suka kamu sebagai orang yang benar-benar bisa ngertiin aku. Awalnya aku pikir perasaanku bisa berubah setelah kita pacaran, itulah kenapa aku akhirnya aku nerima kamu. Tapi ternyata perkiraanku salah---perasaan bukan sesuatu yang bisa diperkirakan pakai logika."
Pemuda itu menatapnya sendu. "Apakah aku sebegitu jauh kalah dibandingkan dia?"
Felise menggigit bibir. "Kalo aja tiga tahun aku kenal kamu duluan, dia nggak berarti apa-apa buatku sekarang. Ini bukan karena aku nggak suka kamu atau apa---aku cuma nggak mau buang-buang waktu dan tenaga untuk hubungan yang salah."
Kedua matanya terpejam begitu saja. Ingin rasanya ia menyerukan betapa bodohnya pemuda itu telah menyia-nyiakan satu tahun dalam hidupnya yang berharga hanya untuk menunggu dirinya.
"Aku akan menunggu sampai kamu bisa benar-benar lepas dari Anthony."
Felise hanya bisa mendesah dalam hatinya. Seandainya ia mampu melakukannya..
***
Anthony Sebastian.