Terdengar sorakan di sekitar situ menanggapi seruan girangnya. Ia tidak bisa menebak bagaimana ekspresi gadis itu---hanya punggungnya yang tampak dari sudutnya memandang.
Beberapa teman laki-laki sudah bersiap di seberangnya---bersiap menangkap tubuhnya yang akan turun. Inilah yang paling mendebarkan.
Dia melempar bola voli itu terlebih dahulu, sebelum kembali berpegangan pada batang pohon. Melihat postur tubuhnya yang kecil, ia jadi paham kenapa gadis itulah yang terpilih untuk menaiki pohon. Dalam keadaan setengah berdiri, pemuda itu melihat sepasang tungkai kurusnya yang agak gemetar. Kakinya---
Semuanya terasa begitu cepat. Tiba-tiba saja terdengar seruan panik murid-murid perempuan. Gadis pemanjat pohon itu kehilangan keseimbangannya dan jatuh justru dengan punggung yang menghadap ke permukaan tanah.
Kedua tangannya terulur begitu saja, dan dengan selamat gadis itu akhirnya mendarat. Tepat di hadapan matanya.
Sepasang mata yang terlihat ketakutan itu bertatapan dengannya untuk yang pertama kalinya.
Y
"Lebih baik kita cukup jadi temen aja."
Josh mengangkat alis. "Kenapa, Fel? Apa aku ada salah sama kamu?"
Gadis dihadapannya menggeleng. "Selama hampir setahun ini, kamu udah terlalu baik. Tapi maaf, aku nggak bisa bohong lagi. Aku nggak bisa benar-benar suka sama kamu."
Kedua tangannya digenggam dengan erat. Felise bisa merasakan kedalaman tatapan Josh yang terarah tepat ke arahnya. "Apa selama kita pacaran, kamu nggak bisa benar-benar melupakan dia?"