Mohon tunggu...
Nadya Fitri Alia
Nadya Fitri Alia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

masih belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

BRICS: Kekuatan Baru yang Pengaruhnya Menggeser Dominasi Barat di Timur Tengah

10 Desember 2023   07:10 Diperbarui: 10 Desember 2023   07:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada KTT di Johannesburg, Afrika Selatan, bulan Agustus 2023 lalu, empat negara dari kawasan Timur Tengah yang terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Iran akan bergabung dengan keanggotaan aliansi Brazil, Russia, India, China, and South Africa (BRICS) pada awal tahun 2024. Diundangnya keempat negara dalam keanggotaan BRICS dinilai banyak pihak sebagai salah satu upaya aliansi tersebut untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah, yang juga disinyalir dilakukan untuk menyamakan kedudukan mereka dengan aliansi Barat di kawasan tersebut. Di dunia, telah terdapat sekitar 40 negara yang mengajukan atau menunjukkan minat untuk bergabung dengan BRICS. Menurut Presiden Brasil, Luiz Incio Lula da Silva, BRICS juga telah berencana untuk mengundang lebih banyak negara anggota yang dipilih berdasarkan kepentingan geopolitik tanpa memandang ideologi.

Alasan mengapa pengaruh BRICS dinilai telah mengejar keunggulan aliansi Barat adalah karena anggota-anggotanya, terutama Cina dan Rusia, merupakan rival utama pada aspek ekonomi dan militer dari Amerika Serikat, yang berperan sebagai hegemon dari aliansi Barat. Selain itu, BRICS juga mewakili lebih dari 45% populasi dunia, lebih dari 30% PDB global, dan lebih dari 32% luas daratan dunia, sehingga pengaruhnya dapat menggoyahkan dominasi Barat di dunia. Awalnya, aliansi ini dibentuk pada tahun 2001 sebagai BRIC yang terdiri dari Brazil, Russia, India, dan Cina, yang istilahnya pertama kali dimunculkan oleh Jim O'Neill bahwa empat negara berkembang ini diprediksi akan mengendalikan perekonomian global pada tahun 2050 nanti. Pada tahun 2010, BRIC kemudian berubah menjadi BRICS dengan bergabungnya Afrika Selatan kedalam aliansi tersebut. 

Sejak tahun 2001 hingga 2021, pangsa investasi di negara-negara BRICS terus meningkat hingga empat kali lipat dan kinerjanya masih mengungguli kawasan lain di dunia. Aliansi ini juga telah banyak membawa perubahan pada perekonomian global, dengan menuntut keterwakilan yang lebih dalam organisasi internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Trade Organization (WTO). Kemudian pada tahun 2014, BRICS juga  telah membentuk New Development Bank (NDB) dan dana cadangan darurat sebagai alternatif dari lembaga keuangan internasional yang sudah ada.

Bagi keempat negara ini, tentunya terdapat banyak alasan dari bergabungnya mereka ke dalam BRICS. Namun, upaya untuk melepaskan diri dari pengaruh Barat, terutama Amerika Serikat adalah salah satu alasan utamanya. Sejak tahun 2011, AS telah memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah yang menyebabkan banyaknya penggulingan dan kemunduran rezim. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa hegemoni militer dan ekonomi AS pada tingkat global telah mengalami penurunan dan tidak lagi ada komitmen terhadap kepentingan serta keamanan negara-negara di kawasan tersebut. AS yang telah vokal untuk mengurangi kehadirannya di kawasan tersebut juga menjadi alasan yang mendukung pengambilan keputusan ini. Kondisi ini mendorong rezim Timur Tengah untuk mendiversifikasikan hubungan internasionalnya, di mana tidak hanya berhubungan dengan Barat, mereka juga harus membuka pilihannya untuk bekerja sama dengan kekuatan lain. Alih-alih mendukung satu kekuatan melawan kekuatan lain, atau bergabung dengan kekuatan lain untuk bekerja sama dalam melawan kekuatan lain.

Secara spesifik, bagi negara seperti Arab Saudi dan UEA, bergabung dengan BRICS memberikan mereka alternatif dalam kerangka kerjasama internasional, di mana mereka memang tengah berupaya untuk menyeimbangkan hubungan mereka dengan AS dan negara-negara Barat lainnya, serta memperdalam hubungan ekonomi dengan Cina. Selain itu, kedua negara tersebut juga  memiliki ambisi menjadi negara kelas berat secara global, dan bergabungnya mereka dengan BRICS dapat memberikan mereka media untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam geopolitik global. 

Bagi Iran, mereka menganggap bahwa bergabung dengan BRICS adalah "kemenangan politik" setelah bertahun-tahun menghadapi sanksi dan isolasi Barat, yang sangat menghambat kemampuannya untuk terhubung dengan sistem keuangan global dan mengakses investasi asing yang mendasar. Khususnya yang berkaitan dengan sektor minyak dan gas, Iran terpaksa menjual minyak dan gas di pasar gelap dengan diskon dan kerugian yang besar. Keanggotaan BRICS memberi Iran lebih banyak ruang untuk bermanuver secara diplomatis dan memungkinkannya untuk mulai melepaskan diri dari isolasi diplomatik dan ekonomi yang diberlakukan oleh Barat. 

Adapun bagi Mesir, bergabung dengan BRICS mendorong mereka untuk memperoleh banyak manfaat ekonomi. Volume perdagangan dengan BRICS yang sudah melebihi 31 miliar USD, memberikan lebih banyak pilihan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada dolar AS dengan memperluas transaksi komersialnya dalam mata uang lokal. Sejalan dengan itu, hal ini berpotensi mengurangi permintaan mata uang asing dan menghemat cadangan mata uang asing, yang mana hal ini sangat penting bagi Mesir mengingat kekurangan mata uang asing mereka yang parah.

Secara keseluruhan, melemahnya pengaruh Barat dan masuknya BRICS ke kawasan Timur Tengah memberikan kemungkinan jalan alternatif bagi kawasan tersebut untuk memperoleh lebih banyak keuntungan secara ekonomi maupun geopolitik. Baik keempat anggota baru maupun anggota lama BRICS harus dapat saling memanfaatkan sumber daya dan kekuatannya masing-masing untuk mencapai tujuan mereka, yaitu menjadi pemimpin regional dan global di aspek ekonomi maupun geopolitik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun