Sore hari setelah semua persiapan api unggun telah mereka kerjakan.. Tibalah acara individu, ada yang asyik berenang di air terjun, ada yang sibuk berfoto ria. Dwi yang hobi photografer asyik mengambil gambar teman-temannya.
Tanpa sadar kakinya terus melangkah  ke arah tebing, ia masih asyik mengambil gambar. Hingga akhirnya.
"Bruk! Terdengar seseorang jatuh ke arah bebatuan."
Teman-temannya panik, menyaksikan  tubuh Dwi telah jatuh ke arah bebatuan. Tampak noda merah di kepalanya, dan Dwi hilang kesadaran. Segera teman-temannya menggotong tubuh Dwi, untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Mobil yang dikendarai Wisnu meluncur dengan kecepatan tinggi. Akhirnya sampailah mereka ke rumah sakit yang dituju. Dwi segera dilarikan ke ruang UGD. Dokter segera menangani, ternyata Dwi harus segera di operasi. Kepalanya bocor, karena menghantam batuan. Tindakan operasi yang dilakukan dokter sekitar dua jam. Tak lama tampak Dwi didorong ke ruang rawap inap, ia masih tak sadar.
Akhirnya perkemahan mereka batal. Teman-teman  Dwi bergegas berkemas, kembali menuju rumah masing-masing. Mereka masih syok atas kejadian jatuhnya Dwi yang tak terduga. Malang tak bisa ditolak. Mereka berharap Dwi akan segera sembuh.
Di dalam ruangan serba putih, tampak seorang pemuda yang masih belum sadar dari tidur lelapnya. Ternyata pemuda tersebut sedang bermimpi. Kedua orang tuanya tampak bahagia menyambut kedatangannya.
'Engkau sangat tampan anakku', ucap wanita dalam mimpinya.
Wanita itu memeluknya dengan rasa rindu yang membuncah. Telah lama mereka tak bertemu, dikarenakan jarak dan tempat yang memang tak memungkinkan. Mereka saling berpelukan, untuk melepas kerinduan.
"Kembalilah anakku!" ucap sang ayah.
 "Waktumu belum tiba," lanjutnya.