Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelajahi Dunia Masa Purba Bersama Homo Naledi

21 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 21 Oktober 2024   16:09 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah Anda bahwa Homo Naledi mengumpulkan mayat? Temukan bagaimana spesies ini melakukannya 100.000 tahun sebelum kita

Salah satu penemuan paling mengejutkan dalam sejarah evolusi manusia terjadi pada tahun 2013, ketika para ilmuwan menemukan fosil Homo naledi di sistem gua Rising Star di Afrika Selatan. Spesies ini, yang hidup antara 241.000 dan 335.000 tahun yang lalu, menantang gagasan tradisional tentang perilaku yang kami anggap eksklusif untuk Homo sapiens dan Neanderthal. Dengan otak yang jauh lebih kecil, spesies seperti Homo naledi dianggap tidak memiliki kemampuan kognitif yang diperlukan untuk melakukan tindakan kompleks. Namun bukti arkeologis mulai menunjukkan sebaliknya.

Homo naledi tidak hanya menguburkan jenazahnya, namun melakukannya dengan sangat hati-hati. Mayat-mayat tersebut sengaja ditempatkan dalam posisi janin, meringkuk dan ditutup dengan tanah, sebuah tindakan simbolis yang membingungkan para ilmuwan, karena usianya jauh lebih tua daripada pemakaman lain yang diketahui. Faktanya, kuburan-kuburan ini setidaknya 100.000 tahun lebih tua dibandingkan kuburan manusia mana pun!

Yang lebih menarik lagi adalah ditemukannya ukiran di dinding gua yang sama. Ukiran ini, yang mungkin berusia hingga 335.000 tahun, mengingatkan kita pada contoh pertama seni cadas yang dikaitkan dengan Neanderthal dan Homo sapiens. Simbol-simbol ini, seperti garis dan bentuk geometris, diyakini berfungsi untuk mengkomunikasikan ide atau menyimpan informasi. Jika Homo naledi melakukan hal serupa, mungkin saja ia juga memiliki sistem simbolisnya sendiri untuk memahami dunia di sekitarnya, terutama terkait ritual yang berkaitan dengan kematian.

Temuan ini mengajak kita untuk mempertimbangkan kembali gagasan bahwa otak yang lebih besar adalah kunci perilaku maju. Homo naledi, dengan otak sebesar jeruk, tampaknya telah mengembangkan perilaku budaya yang canggih jauh lebih awal dari yang kita bayangkan. Hal ini membawa kita pada pertanyaan: perilaku lain apa yang kita miliki bersama nenek moyang kita yang telah punah, dan apa sebenarnya arti menjadi “manusia”?

Semakin jelas bahwa garis yang memisahkan Homo sapiens dari spesies manusia lain yang telah punah lebih tipis dari yang diperkirakan sebelumnya. Perilaku kompleks, seperti penggunaan simbol dan praktik ritual kematian, tidak hanya terjadi pada spesies kita. Homo naledi, dengan otaknya yang sederhana, mempunyai visinya sendiri tentang hidup dan mati, dan hal ini sangat mengubah pemahaman kita tentang evolusi umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun