Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Aula Bayangan

17 Oktober 2024   22:12 Diperbarui: 17 Oktober 2024   22:18 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Aula Bayangan, sumber: Pixabay)

Javier pernah mendengar legenda tentang rumah tua di pinggiran kota, tapi dia tidak pernah memperhatikannya. Cerita tentang anak-anak yang hilang, tentang bayangan yang berjalan di lorong, tampak seperti cerita yang dilebih-lebihkan dari sebuah kota kecil. Namun, rasa penasaran dan pertaruhan antar teman membawanya ke pintu reyot itu, dengan angin membisikkan peringatan yang dia pilih untuk diabaikan.

Saat masuk, udara terasa berat, seolah-olah waktu telah terperangkap di antara dinding. Lantai di bawah kakinya berderit, dan keheningan di dalam membuatnya merasa lebih sendirian daripada yang dia bayangkan. Jendela-jendelanya ditutup rapat, hanya menyisakan seberkas cahaya redup yang menembus kegelapan, memperlihatkan debu yang melayang di udara.

Javier maju dengan hati-hati, teringat gumaman tentang sosok yang konon menghuni lorong belakang rumah. Tapi itu tidak mungkin nyata, ulangnya pada dirinya sendiri. Tidak ada monster, tidak ada hantu. Hanya sebuah rumah tua yang terlupakan.

Langkah kaki mereka bergema di kehampaan, masing-masing lebih berat dari yang sebelumnya. Saat dia sampai di lorong, dia melihatnya: sesosok tubuh berdiri di ujung, tak bergerak tapi anehnya hidup. Awalnya, dia mengira itu adalah permainan cahaya atau patung yang ditinggalkan, tapi saat matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan, dia merasakan hawa dingin merambat di punggungnya.

Sosok itu tinggi, sangat bengkok, dan tampak melayang sedikit di atas tanah. Wajahnya sebagian tertutup oleh bayangan, tapi dua mata yang cerah dan tajam mengawasinya dengan intensitas yang membuatnya mundur selangkah. Udara di sekitar mereka menjadi lebih tebal, seolah-olah rumah itu sendiri sedang menahan napas, menyaksikan pemandangan yang terjadi.

Tiba-tiba, ada gerakan kecil. Sosok itu memiringkan kepalanya secara tidak wajar, seolah mengamatinya. Javier merasakan jantungnya berdebar kencang, namun kakinya tidak merespon. Dia tidak bisa bergerak. Saya tidak bisa memalingkan muka. Bisikan dingin memenuhi lorong, meski dia tidak bisa memahami kata-katanya.

Baca juga: Bunga dan Bayangan

Tanpa peringatan, sosok itu mulai bergerak ke arahnya. Lorong itu tampak memanjang, terdistorsi saat orang itu mendekat. Dinding-dindingnya retak dan kertas dinding yang sudah usang pun hancur berantakan, seolah-olah kehadiran makhluk itu menghancurkan rumah dari dalam.

Javier mencoba berteriak, tapi tidak bisa. Dia merasakan kelumpuhan tubuhnya dan, dengan setiap langkah yang diambil sosok itu, sebuah penindasan yang tak terlukiskan meremukkan dadanya. Itu bukan lagi pertaruhan sederhana. Dia terlambat menyadari bahwa legenda itu nyata. Sesuatu di rumah itu telah menunggunya.

Sosok itu hanya berjarak beberapa meter darinya ketika semuanya menjadi gelap. Tidak ada rasa sakit, tidak ada jeritan. Hanya keheningan mutlak.

Keesokan harinya, teman-teman Javier mencarinya. Mereka menemukan pintu rumah terbuka, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Satu-satunya hal yang mereka tinggalkan hanyalah lorong kosong, dan perasaan aneh bahwa ada sesuatu yang mengawasi mereka dari bayang-bayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun