Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bisikan Angin

15 Oktober 2024   14:12 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bisikan Angin, sumber: Pixabay)

Bella tinggal di kota kecil di tepi laut, tempat di mana angin seolah selalu membawa rahasia dari balik cakrawala. Dia adalah seorang wanita muda yang pendiam, dengan hati yang penuh mimpi dan kehidupan yang monoton. Sampai dia bertemu Dito.

Dito tiba di kota sebagai orang asing. Tidak ada yang tahu banyak tentang dia, hanya saja dia telah membeli sebuah rumah tua di atas tebing. Dia memiliki senyuman misterius dan mata gelap yang sepertinya menyembunyikan seluruh dunia. Bella, yang tertarik dengan misterinya, mulai sering menemuinya. Pertemuan mereka, yang awalnya biasa-biasa saja, berubah menjadi jalan-jalan di pantai, berbincang di bawah bintang-bintang, dan perlahan, menjadi cinta yang dalam dan penuh gairah.

Mereka saling mencintai dengan hasrat yang seolah menantang waktu. Bella merasa hidupnya telah berubah selamanya. Bersama Dito, angin yang tadinya hanya membawa kesunyian kini seolah membisikkan janji masa depan bersama, tentang kehidupan yang dibagi di sudut kecil mereka di tepi laut. Namun, ada sesuatu dalam diri Dito yang selalu mengganggunya, sebuah kegelapan yang tak pernah ia jelaskan sepenuhnya. Terkadang wajahnya menjadi serius, seolah sedang melawan hantu yang hanya bisa dilihatnya.

Suatu malam, ketika mereka berada di rumah tua di atas tebing, Dito mengakui sesuatu yang belum pernah dia ceritakan kepada siapa pun. Keluarganya dikutuk. Selama beberapa generasi, orang-orang dari garis keturunannya ditakdirkan untuk kehilangan orang yang paling mereka cintai. Nenek moyang mereka telah berusaha mematahkan kutukan tersebut, namun selalu gagal. Dan Dito, yang patah hati, memberi tahu Bella bahwa dia takut kehilangan dia, bahwa sesuatu yang gelap sedang mengintai mereka. Bella, meski takut, tidak mempercayai cerita itu. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Dito dan berjanji padanya bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka.

Sejak malam itu, semuanya berubah.

Angin mulai bertiup semakin kencang dan dingin. Jendela-jendela rumah berderit, dan pada malam hari, Bella merasa ada sesuatu yang tak kasat mata meluncur melalui lorong-lorong, mengawasi mereka. Dito semakin menjauh, berjuang melawan kegelapan yang menurutnya semakin dekat. Bella berusaha menghiburnya, meyakinkannya bahwa cintanya cukup kuat untuk mengatasi kutukan apa pun. Namun bayang-bayang semakin berat menyelimuti hubungan mereka.

Suatu hari, Dito menghilang. Bella mencarinya ke seluruh kota, tapi tak seorang pun melihatnya. Putus asa, dia naik ke rumah di atas tebing. Ombaknya menghempas dengan dahsyatnya ke bebatuan, dan angin yang selalu mengganggu membisikkan namanya. Dia memasuki rumah kosong itu, memanggilnya lagi dan lagi, tapi hanya gema suaranya yang menjawabnya. Dia pergi ke ruangan tempat mereka selalu bertemu, dan di sana, dia menemukan sebuah surat.

Baca juga: Bersama Selamanya

"Bella, aku mencintaimu lebih dari hidupku, tapi aku tidak bisa membiarkan kutukan ini membawamu pergi. Aku pergi karena itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkanmu. Tolong jangan mencariku. Angin, yang sama yang membawa kita bersama, dialah juga yang akan membawaku pergi darimu."

Karena hancur, Bella berlutut, air mata mengaburkan pandangannya. Dia berdiri disana, diam, mendengarkan deru angin dan ombak, menunggu Dito kembali. Jam-jam berlalu, dan ketika bulan sudah tinggi di langit, Bella mendengarnya. Sebuah bisikan. Itu suaranya, memanggilnya dari tebing.

Putus asa, dia meninggalkan rumah dan berlari menuju tepi. Di sana, dengan laut yang ganas di kakinya, dia melihat sesosok tubuh di kejauhan. Itu adalah Dito, yang berdiri di atas bebatuan, menatapnya. "Bella," bisik angin. "Mari ikut saya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun