Langit kelabu seperti hatinya. Sore hari Dimas memutuskan untuk tidak mengundang Yuna ke pernikahannya. Dari jendela besar kantornya di salah satu menara paling megah di Wesley, dia mengamati kota yang ramai, namun pikirannya melayang bermil-mil jauhnya, di kota kecil Wesley, tempat dia dibesarkan di bawah perawatan penuh kasih dari orang-orang terdekatnya.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak dia meninggalkan Easly sehingga ingatan akan jalanan berdebu itu telah memudar. Aku nyaris tak bisa membayangkan aroma tortilla segar yang memenuhi rumah sederhana Yuna atau suara angin di antara pepohonan yang membatasi Sungai Bunya Ampo. Namun, yang tidak terhapus adalah gambaran ibunya Yuna, dengan tangan pecah-pecah dan wajah yang sudah bertahun-tahun, selalu tersenyum padanya seolah dia adalah pusat alam semesta.
Clara, tunangannya, memasuki kantor dengan sikap ringan seperti seseorang yang selalu tahu bahwa hidup tersenyum padanya. Cantik, sukses, dan anggota salah satu keluarga paling berpengaruh di wilayah tersebut, Clara telah memikatnya sejak saat pertama. Pernikahan tersebut akan menjadi acara terbaik tahun ini, dengan ratusan tamu, selebriti, dan pengusaha datang untuk merayakan persatuan dua tokoh masyarakat kelas atas. Semuanya harus sempurna.
“Ada apa, sayang? “Aku perhatikan kamu tegang,” kata Clara sambil mendekatinya untuk mencium pipinya.
“Itu daftar tamunya,” jawab Dimas sambil menatap kertas yang dipegangnya.
Ada masalah? dia bertanya, khawatir dengan nada suaranya.
“Ini, bibiku dan Yuna. Saya tidak yakin apakah saya harus mengundang mereka.”
Clara mengerutkan keningnya, bingung. Yuna jarang disebutkan dalam percakapan mereka, tapi Clara cukup tahu: seorang wanita sederhana, dengan sumber daya terbatas, yang tinggal di kota kecil dan tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan di dunia canggih tempat Dimas kini pindah.
“Sayang, aku mengerti kamu mencintainya, tapi... kamu tahu seperti apa keluargaku. Pernikahan akan menjadi acara penting. “Anda tidak ingin seseorang… bentrok,” kata Clara, dengan manisnya seseorang yang memberikan nasihat yang diperlukan.
Dimas menghela nafas. Bukan hanya ketakutan akan apa yang dipikirkan orang lain, tapi ketakutan melihat dirinya tercermin dalam diri Yuna, dikenang sebagai anak malang dari Wesley, anak yang dibesarkan oleh ibunya dengan pengorbanan dan usaha. Selama bertahun-tahun, Dimas berjuang untuk menjauhkan dirinya dari masa lalunya, untuk membangun kehidupan yang akan menjauhkannya dari gambaran itu. Dan sekarang, sebuah undangan menghadapkannya pada semua yang dia tinggalkan.