Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Michelangelo: Narasi Gairah, Perjuangan,dan Keindahan

12 Oktober 2024   12:04 Diperbarui: 12 Oktober 2024   12:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Michelangelo Buonarroti, sumber: Pixabay)

Siapakah Michelangelo? Seorang jenius di zaman Renaisans.

Michelangelo Buonarroti, sebuah nama yang bergema sepanjang koridor waktu, membawa serta warisan seorang jenius Renaisans yang karyanya mendefinisikan suatu era dan terus menginspirasi umat manusia berabad-abad kemudian. Kehidupannya, yang dijalin antara benang seni dan kejeniusan, adalah narasi gairah, perjuangan, dan yang terpenting, keindahan yang diabadikan dalam batu dan pigmen yang tak terkendali.

Lahir di kota kecil Caprese pada tahun 1475, Michelangelo dikirim ke Florence, tempat kelahiran Renaisans, untuk belajar di bawah bimbingan Domenico Ghirlandaio. Tidak lama kemudian bakatnya melampaui batas-batas bengkel dan menarik perhatian Lorenzo de Medici, Sang Agung, yang menyambutnya ke dalam lingkaran intelektual dan seniman. Di taman keluarga Medici yang berkuasa, Michelangelo tidak hanya mengasah keterampilannya dalam seni pahat, tetapi juga menyerap filsafat dan puisi, elemen-elemen yang kemudian terjalin dengan karyanya.

Karya pertama yang mengguncang dunia seni adalah "Pieta" yang megah, yang diukir dengan kehalusan dan emosi sedemikian rupa sehingga seolah-olah menentang sifat-sifat medium marmernya. Karya tersebut menunjukkan seorang Perawan muda yang tenang memegang tubuh Kristus yang tak bernyawa, dan kesempurnaan bentuknya serta kemurnian ekspresi emosionalnya menjadikan Michelangelo sebagai pematung yang tiada bandingannya.

Namun, "David" miliknya, patung marmer kolosal yang menggambarkan raja prajurit dalam Alkitab, yang mengokohkan reputasinya sebagai master Renaisans. Diukir dengan ketepatan anatomi yang menakjubkan, "David" bukan hanya sebuah tur de force dari teknik pahatan, tetapi juga simbol republik Florentine, sebuah tantangan yang diberikan kepada musuh yang mengancam kebebasannya.

Michelangelo tidak membatasi dirinya pada seni pahat. Di puncak Kapel Sistina inilah kuasnya menghidupkan salah satu pencapaian artistik terbesar umat manusia. Ditugaskan oleh Paus Julius II, Michelangelo bekerja selama empat tahun di ruang besi kapel, menceritakan kisah penciptaan, takdir umat manusia, dan penghakiman terakhir. "Penghakiman Terakhir", yang dilukis di dinding altar, sangat terkenal karena penggambarannya yang kuat tentang Kristus dan jiwa-jiwa telanjang pada saat kebangkitan, sekali lagi mengungkapkan kemampuannya untuk menangkap esensi manusia.

Karya arsitekturnya yang paling terkenal adalah Basilika Santo Petrus di Vatikan, di mana kejeniusannya diwujudkan dalam kubah megah yang memahkotai gereja. Meskipun Michelangelo tidak dapat hidup untuk melihatnya selesai, desainnya dieksekusi dengan sedikit modifikasi, yang berfungsi sebagai simbol visi dan seninya yang abadi.

Michelangelo menjalani kehidupan yang ditandai dengan kejayaan artistik dan perjuangan pribadi, selalu berjuang untuk kesempurnaan dan berjuang melawan keterbatasan materi dan waktu. Warisannya tidak hanya berupa karya-karya yang ditinggalkannya, namun juga usahanya yang tak kenal lelah dalam mengejar keindahan dan ekspresi jiwa manusia. Dia meninggal di Roma pada tahun 1564, meninggalkan kekosongan di dunia seni yang tidak akan pernah terisi. Namun, saat berjalan melalui galeri dan gereja tempat karya-karyanya disimpan, orang pasti akan merasakan bahwa Michelangelo Buonarroti entah bagaimana berhasil mengalahkan kematian, hidup selamanya melalui batu dan kanvas yang pernah ia sentuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun