Siapakah sebenarnya Jengis Khan? Pendiri Kekaisaran Mongol yang menjadi kekaisaran terbesar yang bersebelahan dalam sejarah setelah kematiannya.
Di padang rumput Mongolia, di mana angin menceritakan kisah-kisah zaman kuno, muncullah sosok yang akan mengubah jalannya sejarah: Genghis Khan, yang nama aslinya, Temujin, akan hilang dalam gema penaklukannya. Kisah mereka adalah sebuah epik kelangsungan hidup, kepemimpinan, dan keinginan untuk berkuasa yang tidak dapat dipatahkan.
Lahir sekitar tahun 1162, dalam konfederasi suku-suku nomaden yang dilanda persaingan dan pengkhianatan, Temujin belajar sejak usia dini bahwa kehidupan adalah medan perang. Ayahnya, seorang pemimpin suku, diracuni oleh musuh ketika Temujin masih kecil. Sejak saat itu, keluarganya dilucuti kekuasaannya dan dibiarkan berada di bawah kekuasaan orang-orang stepa yang tak kenal ampun.Â
Namun alih-alih pasrah pada takdir, Temujin malah ditempa di tengah panasnya kesulitan. Dia mengembangkan keterampilan unik dalam strategi dan menjalin aliansi dengan teman-teman kuat, seperti Jamukha dan Toghrul, yang akan berperan penting dalam kebangkitannya menuju kekuasaan.
Seiring dengan kedewasaan Temujin, ambisinya juga meningkat. Dia mengadopsi gelar Jenghis Khan, yang berarti "kaisar semua orang," dan di bawah panji ini, dia memulai misinya untuk menyatukan suku-suku di Mongolia. Dia adalah seorang pemimpin karismatik dan pejuang tangguh, yang menerapkan disiplin dan kesetiaan pada bangsa Mongol. Kode hukum mereka, Yassa, membentuk sistem meritokrasi yang menghargai bakat dan kesetiaan dibandingkan hubungan darah.
Dunia luar segera merasakan kekuatan Jenghis Khan. Dengan gerombolan kavalerinya, dia melakukan bentuk peperangan yang bergerak dan menghancurkan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ia menaklukkan sebagian besar Asia Tengah dan Tiongkok, dan kampanyenya meluas hingga Eropa Timur dan Timur Tengah. Kerajaannya terbentang dari Samudera Pasifik hingga Laut Kaspia, sebuah mosaik masyarakat dan budaya yang, meskipun beragam, diatur di bawah aturan yang sama dan penguasa yang sama.
Jenghis Khan bukan hanya seorang penakluk; Dia adalah seorang administrator cerdik yang memperkenalkan sistem surat, mempromosikan perdagangan, dan mendukung seni dan ilmu pengetahuan. Dikatakan bahwa ia bahkan memberlakukan undang-undang yang mempromosikan kebebasan beragama di kerajaannya, mendahului zamannya dalam hal toleransi dan pemahaman budaya.
Setelah kematiannya pada tahun 1227, kekaisaran tidak hanya bertahan tetapi terus berkembang di bawah kepemimpinan penerusnya, mencapai puncaknya di bawah pemerintahan cucunya Kublai Khan. Meskipun kekaisaran tersebut akhirnya terpecah-belah dan mengalami kemunduran, warisan Jenghis Khan sebagai salah satu ahli strategi dan pemimpin paling luar biasa dalam sejarah tetap tidak terbantahkan.
Jadi, di padang rumput Mongolia yang luas, tempat Khan agung pernah berkuda, angin masih membisikkan rasa hormat pada nama Jenghis, pejuang yang membangun kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia dari ketiadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H