Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature

Suakin, Pulau Afrika yang dibangun dari Karang di Afrika

9 Oktober 2024   09:50 Diperbarui: 9 Oktober 2024   09:55 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah kamu pulau Afrika yang bangunan mewah dibangun dari karang?

Di tepi Laut Merah, bermandikan air biru tua, terdapat Suakin, sebuah kota kepulauan di Afrika yang menyimpan reruntuhan sejarah yang sangat menarik dan belum diketahui. Mutiara Afrika ini, yang kini menjadi momok masa lalunya yang gemilang, pernah menjadi pusat kemewahan dan kemegahan, di mana bangunan-bangunannya yang terbuat dari karang mencerminkan kemegahan dan kekayaan yang memikat para pelancong dan pedagang dari seluruh penjuru dunia.

Kisah Suakin terkait dengan benang merah perdagangan, agama, dan politik. Didirikan pada zaman kuno, kepentingannya tumbuh secara eksponensial pada Abad Pertengahan, menjadi pelabuhan utama di jalur Laut Merah. Suakin, yang namanya bergema dengan misteri dan kekayaan, bukan sekadar pelabuhan komersial, tapi juga tempat transit para peziarah menuju Mekkah. Letaknya yang strategis, ditambah dengan kesuburan perairan dan kekayaan tanahnya, menjadikannya daerah kantong yang diidam-idamkan oleh kekuatan regional dan asing.

Namun yang membedakan Suakin adalah arsitekturnya yang unik: bangunan yang dibangun dari balok karang yang ditambang langsung dari Laut Merah. Teknik ini tidak hanya memberikan konstruksi warna merah jambu yang estetis dan kesegaran tiada tara, tetapi juga mewakili hubungan simbiosis Suakin dengan lingkungan lautnya. Rumah-rumah, istana-istana dan masjid-masjid berdiri megah, fasadnya diukir dengan desain yang rumit, mencerminkan kekayaan dan kehalusan budaya yang tahu bagaimana memanfaatkan sumber daya lingkungan alamnya sebaik-baiknya.

Namun, kemunduran Suakin sama menariknya dengan kebangkitannya. Kedatangan kolonialisme Eropa, perubahan jalur perdagangan dan kerusakan bertahap pada struktur terumbu karang memainkan peranan penting dalam penurunan terumbu karang. Saat ini, Suakin tinggal reruntuhan, bangunan-bangunan koralnya sudah terkikis oleh waktu dan terlupakan, bagaikan saksi bisu masa lalu yang berjuang untuk tidak ditelan pasir dan laut.

Namun, Suakin bukan sekadar kenangan masa lalu; Ini juga merupakan pengingat akan ketidakkekalan dan perubahan. Reruntuhan kota di Afrika ini mengajak kita untuk merenungkan kejayaan dan dekadensi, kecerdikan manusia dan hubungannya dengan lingkungan. Di setiap batu karangnya terdapat cerita, bisikan waktu yang mengajak Anda untuk menemukannya.

Singkatnya, Suakin bukan sekadar tujuan para sejarawan dan arkeolog; Ini adalah lambang sejarah Afrika yang kaya, sebuah kapsul waktu yang menantang pasir yang terlupakan, didalamnya terdapat pelajaran tentang kemampuan beradaptasi, kemegahan, dan kelangsungan hidup. Harta karun yang tenggelam di jantung Afrika, masih menunggu untuk ditemukan kembali dengan segala kemegahannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun