Antara 6.000 dan 10.000 tahun yang lalu, di suatu tempat di padang rumput beku yang luas di timur laut Eropa, mutasi genetik terjadi untuk pertama kalinya. Peristiwa yang tampaknya tidak penting ini terjadi pada satu individu selamanya akan mengubah penampilan jutaan orang dan memicu kisah genetik menarik yang telah menjadi salah satu misteri terbesar umat manusia: asal mula mata biru.
Sebelum mutasi ini, semua manusia memiliki mata coklat, warna yang ditentukan oleh banyaknya melanin di iris. Namun, pada suatu saat selama zaman es terakhir, variasi pada gen OCA2 menyebabkan penurunan produksi melanin di iris mata, yang mengakibatkan lahirnya mata biru pertama.
Mutasi tersebut mempengaruhi gen spesifik yang bertanggung jawab untuk produksi melanin. Akibatnya, melanin di mata berkurang secara signifikan, sehingga cahaya tersebar di iris sehingga menghasilkan rona biru. Perubahan ini tidak berdampak negatif terhadap kesehatan individu sehingga memungkinkan gen yang bermutasi diwariskan ke generasi berikutnya.
Bayangkan manusia pertama bermata biru ini, hidup dalam komunitas di mana semua orang bermata coklat. Sorot matanya pasti mengejutkan dan membingungkan orang-orang di sekitarnya. Mungkin dia dipandang sebagai makhluk istimewa atau bahkan supranatural. Ciri khas dan unik ini mungkin mempengaruhi status sosial mereka, kemampuan mereka untuk menarik pasangan, dan posisi mereka dalam suku.
Seiring berjalannya waktu dan suku-suku manusia bermigrasi dan berbaur, gen mata biru perlahan menyebar ke seluruh Eropa. Perkembangannya tidak cepat, namun bertahap, diwariskan dari ayah ke anak, generasi demi generasi. Di daerah lintang utara yang dingin dan gelap, di mana sinar matahari langka, kurangnya melanin di mata tidak menimbulkan kerugian yang signifikan. Faktanya, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa mata yang terang mungkin menawarkan keuntungan adaptif, memungkinkan penglihatan yang lebih baik dalam kondisi cahaya redup, meskipun teori ini masih menjadi bahan perdebatan.
Perjalanan genetik ini berlanjut selama ribuan tahun, membawa mata biru ke berbagai wilayah di benua Eropa. Saat ini, mata biru dapat ditemukan pada sekitar 8-10% populasi dunia, dan paling umum terjadi di Eropa utara dan timur.
Ketertarikan terhadap mata biru telah bertahan selama berabad-abad. Saat ini, sains telah berhasil mengungkap sebagian besar teka-teki genetik ini, berkat penelitian yang membandingkan DNA orang bermata biru dari berbagai belahan dunia. Studi-studi ini telah mengkonfirmasi bahwa semua individu dengan mata biru memiliki nenek moyang yang sama, yang berasal dari mutasi genetik pertama di zaman kuno.
Penemuan ini tidak hanya memberi kita wawasan tentang sejarah evolusi kita, namun juga menggarisbawahi kompleksitas dan keindahan genetika manusia yang menakjubkan. Mata biru, dengan kedalamannya yang tenang dan keindahannya yang penuh teka-teki, adalah bukti hidup tentang bagaimana variasi kecil dalam kode genetik kita dapat menimbulkan keragaman penampilan manusia yang menakjubkan dan menakjubkan.
Jadi, setiap kali Anda melihat seseorang dengan mata biru, ingatlah bahwa Anda sedang melihat hubungan langsung dengan masa lalu yang jauh, hubungan yang menyatukan kita semua dalam permadani sejarah manusia yang luas dan kaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H