Angel terbangun dengan rasa geli di perutnya. Ia mengecek ponselnya seperti biasa, namun hari itu ada yang berbeda. Di antara pemberitahuan email dan pesan, ada satu yang menarik perhatiannya. Pengirimnya adalah Jefri, teman yang sering bercanda denganku di tempat kerja, tapi pesannya tidak bernada ringan seperti biasanya. Dia membacanya dalam hati, dan saat matanya menelusuri kata-kata itu, sebuah simpul terbentuk di dadanya
---"Halo, bagaimana kamu bangun? Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu yang sudah lama kupikirkan. Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tidak ingin menyimpannya sendiri... "--- dia mulai membaca, memperhatikan bagaimana tangannya sedikit gemetar saat dia memegang buku itu. telepon.
Pesan itu berlanjut, merinci betapa dia mengaguminya. Ini bukan hanya tentang kecantikannya, betapa sempurna penampilannya, tapi tentang karakternya, kekuatannya, dan betapa cerdasnya dia. Dan kemudian, kalimat yang membuatnya membeku:
---"Terlepas dari semua itu, aku tahu kamu kehilangan satu bagian untuk melengkapi hidupmu. Seseorang yang memahamimu, yang menjagamu... dan, yah, aku tahu bahwa aku bukan siapa-siapa yang bisa memberitahumu, tapi menurutku kamu pantas mendapatkannya. Mungkin "Mungkin akulah yang bisa menjadi bagian itu."
Udara menjadi kental di kamar kecil Angel. Dia merasa seperti kekurangan oksigen, tetapi bukan secara fisik, melainkan secara emosional. Dia tahu, jauh di lubuk hatinya, bahwa Jefri benar. Dia selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang tidak dapat dipenuhi sepenuhnya oleh prestasi profesional maupun persahabatannya. Dan sekarang, tiba-tiba, "sesuatu" itu memiliki nama, wajah, dan kehadiran yang telah ada sejak lama.
Selama beberapa hari berikutnya, dia mencoba mengikuti rutinitasnya. Pekerjaan, rapat, komitmen. Segalanya tampak tetap sama, namun ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Setiap kali saya melihat Jefri di kantor, saya merasakan kegugupan yang tidak dapat saya kendalikan. Dia tidak mengatakan apapun lagi setelah pesan itu. Dia berperilaku seperti biasa: tenang, percaya diri, tetapi dengan sedikit bayangan di matanya, seolah dia sedang menunggu sesuatu darinya.
Suatu sore, setelah hari yang melelahkan, Angel memutuskan bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan apa yang dia rasakan. Dia menghabiskan waktu berhari-hari memikirkan kemungkinan sebuah "kita", apa artinya mengambil resiko, membuka hatinya, dan meninggalkan rasa takut yang telah menahannya begitu lama. Dia mengumpulkan keberaniannya dan menulis pesan sederhana dan langsung:
---"Jefri, bisakah kita bicara hari ini? Sepertinya aku tahu apa yang aku lewatkan."
Jantungnya berdebar kencang saat dia menunggu jawabannya. Dia tahu pesan itu tidak hanya akan mengubah hubungannya dengan suaminya, tetapi juga cara dia memandang hidupnya. Setelah beberapa menit, jawabannya datang:
---"Tentu saja. Beritahu aku kapan dan di mana."