Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Borgias: Antara Salib dan Pedang di Renaisans Italia

28 September 2024   18:44 Diperbarui: 28 September 2024   18:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Borgias, sumber:Rotten Tomatoes)

Siapakah sebenarnya Borgias? Antara Salib dan Pedang di Renaisans Italia 

Dalam catatan sejarah, hanya sedikit keluarga yang membangkitkan daya tarik dan kengerian sebesar keluarga Borgia. Berasal dari wilayah Valencia di Spanyol, keluarga ini pindah ke Italia dan terjerat dalam jalinan kekuasaan gereja dan politik Renaisans. Kisahnya merupakan perpaduan yang memabukkan antara ambisi, intrik, korupsi, dan hasrat yang tak tergoyahkan untuk kemajuan sosial dan kekuasaan.

Kisah Borgia dimulai dengan Alfonso Borgia, yang menjadi Paus Callistus III pada tahun 1455. Namun, keponakannya, Rodrigo Borgia, yang meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah. Dengan kecerdasan politik yang tak tertandingi dan moralitas yang dipertanyakan, Rodrigo menjadi Paus Alexander VI pada tahun 1492. Terpilihnya dia menjadi tahta kepausan adalah awal dari sebuah era yang ditentukan oleh nepotisme, konspirasi, dan perebutan kekuasaan.

Warisan keluarga Borgia tidak hanya terbatas pada Rodrigo. Anak-anaknya, César, Lucrecia, Juan dan Jofré, memainkan peran mendasar dalam dinamika kekuasaan pada masa mereka. Caesar, yang awalnya ditakdirkan untuk berkarir di bidang gerejawi, menjadi pemimpin militer yang keras kepala dan kejam, bahkan penulis inspirasi Niccolo Machiavelli dalam karyanya "The Prince." Lucretia, sebaliknya, telah diabadikan dalam sejarah dan budaya populer sebagai simbol rayuan dan manipulasi, meskipun realitas sejarahnya jauh lebih kompleks.

Sejarah keluarga Borgia penuh dengan episode-episode yang tampak seperti sebuah novel. Dari tuduhan skandal inses dan pembunuhan politik hingga aliansi pernikahan yang strategis, narasinya diwarnai dengan intrik dan misteri yang belum terpecahkan. Perjamuan di Istana Apostolik bukan hanya acara sosial, tetapi juga adegan permainan kekuasaan di mana aliansi dan pengkhianatan dijalin.

Terlepas dari reputasi mereka, keluarga Borgia juga berkontribusi pada Renaisans Italia. Mereka adalah pelindung seni, mendanai seniman seperti Raphael dan Leonardo da Vinci. Pengaruhnya melampaui batas-batas politik, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada budaya dan seni pada masanya.

Keluarga Borgia, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merupakan cerminan zaman mereka: era dimana ambisi, kekuasaan, dan seni terjalin dalam cara yang kompleks. Kisahnya terus memesona dan memicu perdebatan, menjadi cermin di mana kita bisa merenungkan cahaya dan bayangan jiwa manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun