Tahukah Anda bahwa ada kota yang hilang di Gurun Oman, dikenal sebagai Atlantis dari Gurun?
Jauh di gurun Rub al-Jali, salah satu tempat paling tidak ramah dan misterius di Bumi, terdapat legenda Ubar, Kota Seribu Pilar yang mistis. Selama berabad-abad, kota ini tetap tersembunyi di balik pasir waktu, hanya disebutkan dalam bisikan dan cerita kuno, dikelilingi oleh lingkaran misteri dan keagungan. Ubar, atau yang juga dikenal dengan Iram, adalah kota dengan kekayaan yang tak terbayangkan, tempat para pedagang dupa, rempah-rempah, dan emas berkumpul di tempat perpaduan budaya yang ramai.Â
Sejarah Ubar bermula dari kronik Arab kuno, yang digambarkan sebagai kota yang dibangun oleh kaum 'Ad, keturunan Nuh yang legendaris. Menurut tradisi Islam, Ubar adalah tempat yang sangat mewah, yang penduduknya terbawa oleh dekadensi dan kesombongan, menentang Tuhan. Sebagai hukuman atas kesombongannya, kitab suci menyatakan bahwa Ubar ditelan pasir, menghilang tanpa jejak. Selama berabad-abad, keberadaan Ubar menjadi bahan perdebatan.Â
Bagi sebagian orang, hal tersebut hanyalah sebuah dongeng, sebuah mitos yang dijalin secara turun-temurun oleh suku Badui untuk memperingatkan bahaya kesombongan dan ketidaktaatan. Namun, daya tarik terhadap kota yang hilang ini tidak pernah hilang sepenuhnya. Para penjelajah dan arkeolog berkelana ke gurun untuk mencari reruntuhannya, namun pasir berbahaya dan cuaca yang tak kenal ampun menghalangi mereka untuk menemukan lokasinya.Â
Misteri Ubar tetap tersembunyi hingga tahun 1992, ketika sekelompok arkeolog dan penjelajah, dipimpin oleh Nicholas Clapp, memutuskan untuk menggunakan teknologi inovatif untuk mencoba menemukannya. Citra satelit yang diperoleh NASA mengungkapkan pola-pola aneh di gurun, jalur-jalur kuno yang berkumpul di sebuah titik pusat. Hal ini mengarahkan ekspedisi ke tempat yang dikenal sebagai Shisr, di Oman, tempat mereka mulai melakukan penggalian.
Apa yang mereka temukan sungguh mencengangkan: sisa-sisa benteng kuno dengan sumur dalam, menunjukkan bahwa pernah ada sebuah kota di sana. Berdasarkan temuan tersebut, Ubar diduga menjadi pusat saraf dalam jaringan perdagangan dupa, sebuah komoditas yang sangat berharga pada zaman dahulu sehingga dianggap lebih berharga daripada emas.Â
Namun hal yang paling menarik adalah bahwa penemuan tersebut bertepatan dengan deskripsi dalam kronik Arab. Reruntuhan yang digali dengan cepat dikaitkan dengan Ubar yang legendaris. Namun, teka-teki Ubar tidak berakhir dengan ditemukannya kembali. Pertanyaan yang masih tersisa adalah: apa yang sebenarnya terjadi dengan kota ini? Para arkeolog berpendapat bahwa runtuhnya tanah, yang disebabkan oleh menipisnya akuifer bawah tanah, bisa jadi menjadi penyebab hilangnya tanah tersebut.Â
Namun teori ini, meski masuk akal, belum meyakinkan semua orang. Pasir gurun telah mengubur bukti pasti, meninggalkan Ubar terselubung dalam misteri yang sama yang telah membuat umat manusia terpesona selama berabad-abad. Beberapa orang percaya bahwa legenda tentang jatuhnya Ubar dan hukuman ilahi yang menimpanya lebih dari sekedar mitos sederhana, yang menunjukkan bahwa kota tersebut mungkin telah menjadi korban bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.Â
Yang lain, yang lebih skeptis, berpendapat bahwa Ubar mungkin saja merupakan serangkaian kamp atau pemukiman sementara yang menyatu dalam cerita-cerita kuno untuk menciptakan gambaran sebuah kota besar. Kenyataannya adalah, bahkan dengan teknologi modern, kisah lengkap tentang Ubar tetap sulit dipahami seperti angin yang membawa bukit pasir gurun.Â