Mendobrak Hambatan di Rel: Dorothy Lucke, Perintis Wiper di C. & N.W. Gedung Bundar RR di Clinton, Iowa.
Di jantung kota Clinton, Iowa, suara ramai lokomotif Chicago dan Kereta Api North Western bergema dengan dentang logam dan dengungan mesin uap. Di tengah pemandangan tradisional laki-laki yang mengenakan pakaian terusan dan sepatu bot kerja, ada sosok yang menonjol Ny. Dorothy Lucke, seorang wanita perintis yang bekerja sebagai wiper pada tahun 1940 an. Perannya, meski sering diabaikan, menandai tonggak penting dalam sejarah perempuan di industri kereta api.Â
Peran Sebagai WiperÂ
Pekerjaan seorang wiper, meskipun sering dianggap sebagai posisi entry-level, sangat penting untuk pengoperasian bangsal lokomotif. Wiper bertanggung jawab untuk membersihkan dan merawat lokomotif, memastikan lokomotif bebas dari kotoran dan siap untuk perjalanan berikutnya.
Hal ini termasuk membersihkan mesin, meminyaki komponen, dan membantu mekanik yang lebih berpengalaman. Itu adalah pekerjaan yang menuntut fisik, membutuhkan kekuatan, perhatian terhadap detail, dan kemauan untuk mengotori tangan.Â
Dorothy Lucke: Seorang PionirÂ
Pada era ketika peran gender didefinisikan secara kaku, dan industri kereta api didominasi oleh laki-laki, kehadiran Dorothy Lucke di pertemuan Clinton merupakan sebuah terobosan baru. Pekerjaannya sebagai wiper merupakan bukti tekadnya dan perubahan sikap terhadap perempuan di angkatan kerja selama Perang Dunia II.Â
Dengan banyaknya laki-laki yang bekerja di luar negeri, industri di seluruh Amerika Serikat menghadapi kekurangan tenaga kerja. Perempuan dipanggil untuk mengisi peran yang secara tradisional dipegang oleh laki-laki, dan Dorothy menjawab panggilan itu. Pekerjaannya di bangsal lokomotif bukan hanya sekedar pekerjaan tetapi juga pernyataan kemampuan dan ketahanan.
Mengatasi TantanganÂ
Perjalanan Dorothy bukannya tanpa tantangan. Tuntutan fisik dari pekerjaannya sangat besar, dan dia harus membuktikan dirinya mampu dalam lingkungan yang sering kali skeptis terhadap pekerja perempuan. Rekan-rekannya, yang terbiasa dengan tenaga kerja yang seluruhnya laki-laki, harus menyesuaikan diri dengan kehadiran perempuan di antara mereka. Ketekunan dan dedikasi Dorothy dengan cepat mendapatkan rasa hormatnya, menunjukkan bahwa keterampilan dan komitmen tidak mengenal gender.Â